Kamis, 29 September 2011

pengamatan sel kelamin


 

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
”PENGAMATAN SEL KELAMIN”


Dosen Pembimbing :
Kholifah Kholil, M.Si

Disusun Oleh :
Novia Qurrota Ayun
08620029






JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Guyton, 2006).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Sherwood, 2001).
Dari penjelasan di atas kita tidak akan mengetahui bentuk sperma yang sebenarnya, dan jika hanya teori saja tanpa ada pengamatan atau praktikum kita tidak akan faham, maka dari itu pada praktikum ini kami mengambil judul tentang “PENGAMATAN SEL KELAMIN”.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini yaitu:
1.      Bagaimana struktur morfologi spermatozoid pada manusia yang tidak merokok, perokok ringan, dan perokok berat?
2.      bagaimana perbedaan sel kelamin yang di ambil dari bagian – bagian sistem reproduksi yang berbeda?
1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1.      Untuk mengenal struktur morfologi spermatozoid pada manusia yang tidak merokok, perokok ringan, dan perokok berat
2.      Untuk mengamati perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian – bagian sistem reproduksi yang berbeda

























BAB II
DASAR TEORI

2.1 Kajian Pustaka
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Sherwood, 2001).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur  (Guyton, 2006).
Secara struktur spermatozoa dicirikan sebagai sel yang “terperas”, sangat sedikit sekali kandungan sitoplasmanya. Spermatozoa memiliki organel-organel yang sangat sedikit dibandingkan sel lainnya. Spermatozoa tidak memiliki ribosom, retikulum endoplasmik dan golgi. Sebaliknya spermatozoa memiliki banyak sekali mitokondria yang letaknya sangat strategis untuk pengefisiensian energi yang diperlukan. Secara struktur ada dua bagian yaitu kepala dan ekor (Wahyu, 1990).
Kepala spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung material genetik) haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik. Spermatozoa yang kontak dengan telur, isi akrosomnya dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan reaksi akrosom (Tenzer, 2003).
Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece, principal piece dan end piece. Ekor ini berfungsi untuk pergerakan menuju sel telur. Ekor yang motil itu pada pusatnya sama seperti flagellum memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat dikelilingi oleh Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang lainnya. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling dan memungkinkan sperma meluncur dengan cepat. Keberadan mesin pendorong ini tentunya membutuhkan bahan bakar yang paling produktif yaitu gula fruktosa yang telah tersedia dalam bentuk cairan yang melingkupi sperma (Bachtiar, 2003).
Sperma bukan hanya harus ada pada air mani, tapi juga harus memenuhi kriteria ‘air mani sehat dan subur’ dan kriteria ini menurut WHO adalah sebagai berikut (Munasik, 2004):
1.  Jumlah sperma yang cukup banyak (di atas 10 juta permilimeter)
2.  Gerakannya cukup cepat dan lurus
3.  Bentuknya relatif normal
4.  Kemampuan hidupnya (viabilitas) cukup baik
5.  Tidak terdapat bakteri dan leukospermia yang banyak
Dengan ukurannya yang sangat kecil hanya akan nampak bila dilihat dengan mikroskop yaitu sekitar 4-5 mikron dengan lebarnya 2,5 - 3,5 mikron adalah hal yang sangat memungkinkan bagi sperma untuk mencapai sel telur dengan‘kegesitannya’. Spermatozoa atau sperma merupakan hasil produksi dari kelamin pria, yang dikeluarkan bersama-sama dengan cairan mani. Namun bukanlah sebuah jaminan apabila bentuk dan ukuran penis normal maka akan dapat berfungsi dengan normal pula (Scanlon, 2003).
Pada umumnya air mani (semen) yang dikeluarkan pada saat ejakulasi terdiri atas sperma dan plasma semen yang diproduksi dengan organ reproduksi yang berbeda. Kalau dilihat dari luar dan diamati, air mani tampak normal. Tapi bila dilihat di bawah mikroskop tidak terdapat sperma sama sekali, maka pria ini termasuk kategori azoospermia (tidak memiliki sperma sama sekali) (Sherwood, 2001).
Kondisi yang meningkatkan suhu pada testis (dimana sperma dihasilkan) bisa mengurangi jumlah sperma dalam jumlah besar dan gerakan sperma yang kuat bisa meningkatkan jumlah sperma yang tidak normal. Suhu kemungkinan meningkat dengan berhubungan dengan panas yang berlebihan, gangguan yang menghasilkan demam jangka panjang, testis yang tidak turun (kelainan langka yang hadir pada saat lahir, dan pembuluh varicose pada testis (varicocele) (Toelihere, 1981).
Gangguan hormon tertentu atau genetik bisa menghalangi produksi sperma. Gangguan hormon termasuk hyperprolactinemia, hypothyroidusm, hypogonadism, dan gangguan pada kelenjar adrenalin (yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon lain) atau kelenjar pituitari (yang mengendalikan produksi testosteron). Gangguan genetik meliputi kelainan pada kromosom seks, yang terjadi pada sindrom Klinefelter (Scanlon, 2003).
Sel telur diproduksi di dalam ovarium. Perkembangan sel telur terjadi di dalam folikel – folikel telur. Folikel telur yang matang akan mengalami ofulasi, sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan masuk ke dalam oviduk. Seperti sel yang lain, sel telur dilengkapi dengan membrane sel yang disebut plasmalemma atau oolema. Untuk melindungi sitoplasma, inti, yolk, dan organel – organel dalam sel. Disamping oolema, kebanyakan sel telur dikelilingi oleh membrane – membrane telur. Membrane telur yang disekresi oleh sel telur sendiri, disebut membrane telur primer. Membrane vitelin yang mengelilingi oolema termasuk membrane telur primer. Membrane telur yang disekresi oleh sel – sel folikel disebut membrane telur sekunder, misalnya zona pelusida yang terletak disebelah luar membrane vitelin (Guyton, 2006).
Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus seminiferus testis. Spermatozoid vertebrata terdiri atas bagian kepala, leher, bagian tengah, dan ekor yang berupa flagel panjang. Sperma hewan – hewan yang berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya. Bentuk spermatozoidnya adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terletak pada bentuk kepalanya, yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip (Sherwood, 2001).
Pada hewan – hewan yang tidak memiliki epididimis, testis menjadi tempat perkembangan serta maturasi sperma. Jadi pada hewan – hewan tersebut sperma yang dikeluarkan dari testis merupakan sperma yang matang, mempunyai motilitas dan mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur. Pada hewan – hewan yang memiliki epididimis, sperma yang berada di dalam tubulus seminiferus atau yang dikeluarkan dari testis belum motil, motilitasnya baru diperoleh setelah mengalami aktivasin atau pematangan fisiologia di dalam epididimis. Spermatozoa dapat disimpan dalam epididimis dan vasdeverens selama beberapa hari sampai beberapa bulan (Wahyu, 1990).

2.1.1 Kriteria Sperma Normal
Jumlah sperma normalnya sekitar 10-20 juta per mililiter ejakulat air mani dengan jumlah sekitar 2-6 milimeter. Minimal 60%-nya harus merupakan sperma yang sehat serta mampu bergerak (motil) dan 15% bergerak lurus dan cepat. Bentuk kepala sperma normal adalah bulat lonjong (oval) bila dilihat dari depan, dan bila dilihat dari samping berbentuk pipih. Sperma yang bergerak ini mempunyai ekor yang panjang dan berujung lancip, ia akan terus bergerak seperti cambuk. Tenaga yang menggerakkan ekor sperma ini diperoleh dari bagian lehernya, karena mempunyai sumber energi yang diolah di bagian mitokondrianya. Bahan-bahan baku diperoleh dari air mani yang susunan kimiawinya agak kompleks terdapat berbagai zat yang penting untuk kehidupan sperma dan daya tahan sperma (Munasik, 2004).
Di dalam air mani, sperma tidak terlalu banyak yang menggumpal (aglutinasi) dan jumlah sel darah putih normalnya sekitar 2-3 sel per lapangan pandang mikroskop. Jumlah ini tidak meningkat hingga terjadi keadaan leukospermia. Serta tidak ada mikrooerganisme yang bisa mengganggu saluran reproduksi dan kualitas sperma. Dari jutaan sperma hanya satu saja yang nantinya berhasil mebuahi telur, sedangkan yang lainnya mati di tengah perjalanan menuju telur. Sperma yang berhasil membuahi telur adalah sperma yang unggul mengingat perjalanan mencapai lokasi telur sangat jauh dan melewati banyak rintangan. Mungkin maksud dari Penciptanya adalah agar cacat bawaan tidak banyak terjadi. Bayangkan saja bila semua sperma termasuk sperma yang lemah pun bisa membuahi telur, maka ketika tumbuh menjadi seorang anak, anak tersebut akan terlahir cacat. Teori ini sebenarnya menurut hukum alam ’survival of the fittest’ yang sehat akan tetap berjaya. Walaupun jumlahnya tidak mencapai 10 juta per milimeter, tetapi dengan mutu sperma yang baik dan jumlah gerak sperma yang cepat dan cukup, maka kemungkinan besar akan berhasil membuahi telur (Tenzer, 2003).
Setiap ejakulasi, baik karena hubungan seksual, masturbasi, atau mimpi, normalnya seorang pria akan mengeluarkan ejakulat sebanyak 2 – 5 kali semprotan. Ejakulat tersebut, yang biasa disebut semen, 65% berasal dari vesika seminalis (pabrik sperma), 35% dari kelenjar prostat, sisanya dari vasa. Kandungan yang ada dalam ejakulat antara lain adalah asam sitrat, asam amino bebas, fruktosa, enzim, fosforilkolin, prostaglandin, kalium, dan seng (Sherwood, 2001).
Semen yang normal biasanya agak putih keruh dan jika dibiarkan selama 30 menit, akan mengental dan menjadi lebih jernih. Baunya seperti klorin. Rasanya agak manis, akibat fruktosa yang dikandungnya. Rasa ini bisa berbeda untuk setiap orang. Menurut WHO, kriteria semen yang normal (sanggup membuahi sel telur) adalah (Guyton, 2006):
1.      Total volume semen sekurang-kurangnya 2 ml.
2.      Konsentrasi spermatozoa sedikitnya 20 juta per ml.
3.      Total jumlah spermatozoa dalam ejakulat minimal 40 juta.
4.      Paling kurang 75 persen dari spermatozoa tersebut harus dalam keadaan hidup.
5.      Sekurang-kurangnya 30 persen dari spermatozoa tersebut mempunyai bentuk yang normal.
6.      Minimal 25 persen dari spermatozoa tersebut dapat berenang ke depan dengan cepat.
7.      Paling tidak 50 persen dari spermatozoa tersebut dapat berenang ke depan, walaupun sangat lambat.

2.1.2 Bagian – Bagian Sperma
  Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagelata. Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan – lapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energy untuk pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak (Scanlon, 2003).
Gambar 1.3: bagian – bagian sperma (Adandu, 2009)

2.2 Kajian Keislaman
Sistem reproduksi yang merupakan prasyarat bagi kelangsungan kehidupan ini, merupakan sistem yang diciptakan Allah. Dia yang menghendaki kehidupan terus berlangsung. Allah adalah "Pemberi Kehidupan". Dia yang menciptakan makhluk hidup dan Dia yang menciptakan keturunannya hadir ke dunia. Semua makhluk hidup dapat hidup berkat Dia. Mereka berutang nyawa bukan kepada induknya, melainkan kepada Allah yang telah menciptakan mereka beserta induknya. Allah berfirman di dalam Al Quran:
uqèdur Ï%©!$# ö/ä.r&usŒ Îû ÇÚöF{$# Ïmøs9Î)ur tbrçŽ|³øtéB ÇÐÒÈ
Artinya:
Dan dialah yang menciptakan serta mengembang biakkan kamu di bumi Ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpunkan (QS. Al-mu’minun 79).

$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ
 Artinya:
1.  Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.

[263]  maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[264]  menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

/ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur §NèO Ÿ@yèy_ $pk÷]ÏB $ygy_÷ry tAtRr&ur /ä3s9 z`ÏiB ÉO»yè÷RF{$# spuŠÏZ»yJrO 8lºurør& 4 öNä3à)è=øƒs Îû ÈbqäÜç/ öNà6ÏG»yg¨Bé& $Z)ù=yz .`ÏiB Ï÷èt/ 9,ù=yz Îû ;M»yJè=àß ;]»n=rO 4 ãNä3Ï9ºsŒ ª!$# öNä3š/u çms9 à7ù=ßJø9$# ( Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( 4¯Tr'sù tbqèùuŽóÇè? ÇÏÈ
Artinya:           
6.  Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?

[1306]  tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.




BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II ini di laksanakan pada hari Selasa, 4 Mei 2010 pada jam 15.15 WIB, di Laboratorium Pendidikan Biologi A lantai 1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat:
Alat – alat  yang digunakan dalam praktikum pengamatan sel kelamin ini yaitu:
1.      Mikroskop elektron                                   1 buah
2.      Pipet tetes                                                 4  buah
3.      Hot plate                                                   1 buah
4.      Beaker glass                                              1 buah
5.      Tabung reaksi                                            3 buah
6.      Tabung sperma                                          4 buah
7.      Kaca benda dan penutup                          4 buah

3.2.2 Bahan:
Bahan – bahan  yang digunakan dalam praktikum pengamatan sel kelamin ini yaitu:
1.      Sperma perokok normal                            secukupnya
2.      Sperma perokok ringan (I)                        secukupnya
3.      Sperma perokok berat (II)                         secukupnya
4.      Sperma kambing                                       secukupnya
5.      Giemsa                                                      secukupnya
6.      Kertas lakmus                                           secukupnya

3.3  Cara Kerja
Cara kerja dari pengamatan sel kelamin ini yaitu:
3.3.1 Pengamatan makroskopis
1.      Disiapkan alat dan bahan, dipastikan semua dalam keadaan baik
2.      Diambil masing – masing sperma manusia normal, perokok I, perokok II, dan sperma kambing
3.      Diamati volume, warna, PH, dan kekentalan
4.      Ditulis hasilnya

3.3.2 Pengamatan mikroskopis
1.      Disiapkan alat dan bahan, dipastikan semua dalam keadaan baik
2.      Diambil masing – masing sperma manusia normal, perokok I, perokok II, dan sperma kambing diletakkan diatas kaca benda kemudian ditutup.
3.      Diamati masing – masing sperma manusia normal, perokok I, perokok II, dan sperma kambing dengan menggunakan mikroskop.
4.      Diamati gelombang massa, pergerakan massa, pergerakan individu, viabilitas, dan morfologinya. Digunakan perbesaran mulai dari yang lebih kecil10x10 jika tidak jelas digunakan perbesaran 40x10
5.      Ditulis hasilnya

3.3.3  Pengamatan morfologi
1.      Disiapkan alat dan bahan, dipastikan semua dalam keadaan baik
2.      Diambil masing – masing sperma manusia normal, perokok I, perokok II, dan sperma kambing diletakkan diatas kaca benda kemudian ditutup.
3.      Diamati masing – masing sperma manusia normal, perokok I, perokok II, dan sperma kambing dengan menggunakan mikroskop.
4.      Diamati morfologi, yang meliputi kepala, badan dan ekor. Digunakan perbesaran mulai dari yang lebih kecil10x10 jika tidak jelas digunakan perbesaran 40x10.
5.      Digambar hasilnya






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan makroskopis
No
Jenis sperma
Volume (ml)
Warna
PH
kekentalan
1.
Manusia
a. Normal
b. Perokok ringan (I)
c. Perokok berat (II)

4
1,4
3,5

PK
PH
PK

9 (basa)
8 (basa)
8 (basa)


Agak kental
Encer
Agak kental

2.
Kambing
1,8
PS
5 (asam)
Kental berbau
Keterangan:
PK : putih kekuningan
PH : Putih kehijauan
PS : putih susu
Volume sperma normal pada manusia 3-6 ml

4.1.2 Pengamatan mikroskopis
No
Jenis sperma
Gelombang massa
Pergerakan massa
Pergerakan individu
viabilitas
morfologi
1.
Manusia
a.    Normal


b.   Perokok ringan


c. Perokok berat

++


+


++

1 %


0 %


85 %


a= 90 %, b= 0%, c= 10%

0%


a= 80%, b= 0%, c= 10%, d= 10%

0%


0%


0%

Abnormal 5%, normal 95 %
Abnormal 55%, normal 45%
Abnormal 25%, normal 75%
2.
Kambing
-
-
0%
0%
Abnormal 30%, normal 70%
Keterangan:
a    : maju
b    : mundur
c    : memutar
d    : bergetar

++ : baik
+    : kurang baik
-          : jelek  

4.1.3 Pengamatan morfologi
No
Jenis sperma
Morfologi
Keterangan
1.
Manusia
a.   Normal

b.   Perokok ringan (I)


c.   Perokok berat (II)

Normal :
Abnormal :
Normal :
Abnormal :
Normal :
Abnormal :

Normal, kepala besar, ekor 2

Normal, kepala 2, kepala kecil,
kepala besar
 Normal, ekor 2, kepala besar

2.
Kambing
Normal :
Abnormal :
Normal, ekor panjang



Gambar morfologi sperma kambing
Hasil pengamatan
Literature

Perbesaran 10x10
Adandu, 2009

Gambar morfologi sperma manusia
Hasil pengamatan
Literature

Perbesaran 10x10
Adandu, 2009



4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan makroskopis
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa pada pengamatan makroskopis yang praktikan amati yaitu volume, warna, PH, dan kekentalan. Pada manusia normal volumenya 4 ml, perokok ringan 1,4 ml, dan pada perokok berat 3,5 ml sedangkan pada kambing volumenya 1,8 ml. Dilihat dari warnanya pada manusia normal, perokok ringan, dan perokok berat warnanya sama yaitu putih kekuningan, sedangkan pada kambing mempunyai warna sperma yaitu putih susu. PH pada manusia normal yaitu 9 yang termasuk basa, pada perokok ringan yaitu 8, dan pada perokok berat yaitu 8 yang termasuk basa juga, sedangkan pada sperma kambing PH nya yaitu 5 yang termasuk asam. Yang terakhir diamati pada pengamatan makroskopis ini yaitu kekentalan, pada manusia normal kekentalan spermanya yaitu agak kental, pada perokok ringan kekentalan spermanya yaitu encer, dan pada perokok berat kekentalan spermanya yaitu agak kental, sedangkan pada kambing kekentalan spermanya yaitu kental dan berbau.
Menurut volume pria dapat digolongkan atas (Sherwood, 2001):
1.      Aspermia         : 0 ml
2.      hypospermia    : < 1 ml
3.      normospermia  : 1 – 6 ml
4.      hyperspermia   : > 6 ml
Rata – rata volume ejakulasi itu 2,5 – 3,5 ml.
Hypospermia dapat terjadi oleh beberapa hal : 1. Sampel tumpah waktu ditampung atau diangkut, 2. Gangguan patologis dan genetis pada genetelia, 3. Vesicular seminalis tidak ada atau tak berfungsi, 4. Gangguan hormonal atau karena radang kelenjar. Hyperspermia dapat terjadi karena : 1. Abstinensi terlalu lama, 2. Kelenjar kelamin terlalu aktif (Sherwood, 2001).
Warna normal iyalah seperti lem kanji atau putih kelabu. Jika agak lama abstinensi kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banyak lekosit, yang mungkin oleh adanya infeksi atau genitalia. Beberapa macam obat, seperti antibiotika, dapat mewarnai semen (Guyton, 2006).
PH normal semen ialah 7,2 – 7,8. PH > 8 menunjukkan adanya randang akut kelenjar kelamin atau epididymitis. PH < 7,2 menunjukkan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epydidimis. Jika PH rendah sekali menunjukkan adanya gangguan atau aplasia pada vesicyla seminalis atau ductus ejaculatorius. PH dapat berubah 1 jam sesudah ejakulasi. Karena itu harus diukur sebelum itu (Munasik, 2004).
Kekentalan semen diperiksa dengan alat yang disebut viscometer. Secara sederhana dapat dilakukan, dengan jalan mencelupkan batang kaca ke obyek yang sudah ditetesi semen, diangkat pelan, diukur tinggi benang yang terjadi antara batang kaca dan obyek sampai batas putus. Viskositas semen jika panjang benang 3 – 5 cm. jika semen terlalu kental (> 5 cm), berarti kurang enzim likuifaksi dari prostat. Terlalu encer (< 3 cm), karena zat koagulasi yang dihasilkan vesicula seminalis terlalu sedikit, atau enzim pengenceran dari prostat terlalu banyak (Tenzer, 2003).

4.2.2  Pengamatan mikroskopis
Berdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop dengan menggunakan perbesaran 10x10 bahwa pada pengamatan mikroskopis yang praktikan amati yaitu gelombang massa, pergerakan massa, pergerakan individu, viabilitas, dan morfologi. Pada manusia normal gelombang massanya baik, pada perokok ringan gelombang massanya kurang baik, dan pada perokok berat gelombang massanya baik, sedangkan pada kambing tidak terdapat gelombang massa karena pada sperma kambing yang praktikan amati sudah mati. Pergerakan massa pada manusia normal yaitu hanya 1%, pada perokok ringan 0%, dan pada perokok berat pergerakan massanya 85%, sedangkan pada kambing tidak terdapat pergerakan massa karena sperma yang praktikan amati sudah mati. Pergerakan individu pada manusia normal yaitu maju: 90%, mundur : 0%, memutar: 0%, dan bergetar : 10%, pada perokok ringan tidak terdapat pergerakan individu, dan pada perokok berat yaitu: maju: 80%, mundur : 0%, memutar : 10%, dan bergetar : 10%, sedangkan pada sperma kambing 0%. Sperma dari semua yang praktikan amati ini memiliki viabilita 0%. Morfologi sperma dari manusia normal yaitu sperma yang abnormal : 5%, sperma normal 95%, pada perokok ringan sperma abnormalnya 55%, sperma normal 45%, dan pada perokok berat sperma normalnya 75%, sperma abnormalnya 25%, sedangkan pada kambing sperma normalnya 70%, dan sperma abnormalnya 30%.   
Untuk mengukur kecepatan spermatozoa dipakai kaca obyek hemocytometer neubaueur. Kecepatan normal sperma yaitu 2,5 detik per kotak ukuran. Kalau kecepatan kurang dari itu berarti spermatozoa kurang mampu berfertilisasi (Bachtiar, 2003).
Jumlah yang bergerak maju ialah jumlah spermatozoa semua dikurangi jumlah mati. Dianggap normal jika motil maju > 40%. Yang normal % motilnya ialah 63 ± 16 SD, dengan range 10 – 95%. Ada orang yang spermatozoanya lemah sekali gerak majunya, disebut asthenozoospermia. Jika hampir semua sperma yang diperiksa Nampak mati, tak bergerak, disebut necrozoospermia. Berarti orang ini infertile. Tapi ada laporan mutakhir, spermatozoa yang tak berganti belum menunjukkan mati. Mungkin ada suatu zat cytotoxic atau antibody yang membuatnya tak bergerak (Guyton, 2006).
Ketahanan (Viabilitas) indicator fertilisasi juga. Diukur dengan melihat % motil maju/ml setelah jamgka waktu tertentu. Makin lama semen makin sedikit yang motil. Penurunan motilitas normal ialah (Bachtiar, 2003):
1.      2-3 jam sudah ejakulasi 50 – 60% spermatozoa motil maju/ml
2.      7 jam sudah ejakulasi : 50% spermatozoa motil maju/ml
Jika setelah 3 jam yang motil kurang dari 50% menandakan adanya gangguan atau kelainan dalam genitalia. Spermatozoa yang motilitasnya rendah disebut asthenozoospermia. Abstinensi yang lama dapat mempercepat penurunan moyilitas. Jika ejakulasi sering, volume semen dan konsentrasi menurun, tapi tidak mengurangi ketahanan (Bachtiar, 2003).

4.2.3 Pengamatan morfologi
Berdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop dengan menggunakan perbesaran 10x10 bahwa pada pengamatan morfologi sperma yang telah diwarnai dengan pewarnaan giemsa, pada manusia normal morfologi spermanya terdiri dari sperma normal, berkepala besar dan berekor 2, pada perokok ringan morfologi spermanya terdiri dari sperma normal, berekor 2, dan berakar besar, dan pada perokok berat morfologi spermanya terdiri dari sperma normal, berkepala 2, berkepala kecil, dan kepala besar, sedangkan pada morfologi sperma kambing terdiri dari sperma normal, dan berekor panjang.
Semen diwarnai dengan pewarna giemsa, dilihat dengan mikroskop. Dihitung sebanyak 200 spermatozoa dan dibedakan yang normal (kepala oval dan bagian lain normal), dengan yang abnormal (kepala bukan oval dan bagian lain abnormal). Semen dianggap normal jika jumlah abnormalnya hanya 30 – 40%. Jika > 40% disebut teratozoospermia. Jika > 50% : infertile, meski konsentrasi normal. Bentuk abnormal oleh beberapa factor, yaitu (Wahyu, 1990):
1.      Penyakit alergi
2.      Ejakulasi terlalu sering
3.      Gangguan pada epididimis
4.      Stress psikis atau fisik
5.      Gangguan hormonal
6.      Gangguan saraf

4.3     Perbandingan
No
Jenis sperma
Gelombang massa
Pergerakan massa
Pergerakan individu
viabilitas
morfologi
1.
Manusia
c.    Normal


d.  Perokok ringan


c. Perokok berat

++


+


++

1 %


0 %


85 %


a= 90 %, b= 0%, c= 10%

0%


a= 80%, b= 0%, c= 10%, d= 10%

0%


0%


0%

Abnormal 5%, normal 95 %
Abnormal 55%, normal 45%
Abnormal 25%, normal 75%
2.
Kambing
-
-
0%
0%
Abnormal 30%, normal 70%

Berdasarkan table diatas kita ketahui bahwa perbandingan antara sperma manusia normal, perokok ringan, perokok berat, dan kambing yaitu:
1.      Pada manusia normal  : mempunyai paling banyak sperma normal daripada perokok ringan dan berat.
2.      Pada perokok ringan   : memiliki sperma abnormal yang lebih banyak dari pada perokok berat
3.      Pada perokok berat     : memiliki sperma yang lebih banyak bergerak, dan sperma normalnya juga lebih banyak.
4.      Pada kambing                         : memiliki sperma normal yang lebih banyak.

Perbedaan bentuk
Sperma manusia
Sperma kambing
Adandu, 2009
Adandu, 2009

Berdasarkan table diatas perbedaan morfologi sperma kambing dan manusia yaitu:
1.      Pada sperma kambing : kepalanya meruncing, ekornya lebih panjang
2.      Pada sperma manusia  : kepalanya lebih kecil, kepala bulat agak oval, ekornya lebih pendek







BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.   Pada manusia normal    : mempunyai paling banyak sperma normal daripada perokok ringan dan berat.
2.   Pada perokok ringan     : memiliki sperma abnormal yang lebih banyak dari pada perokok berat
3.   Pada perokok berat       : memiliki sperma yang lebih banyak bergerak, dan sperma normalnya juga lebih banyak.
4.   Pada kambing               : memiliki sperma normal yang lebih banyak.
5.   Pada sperma kambing   : kepalanya meruncing, ekornya lebih panjang
6.   Pada sperma manusia   : kepalanya lebih kecil, kepala bulat agak oval, ekornya lebih pendek

5.2  Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita harus tahu dulu bagaimana cara nya dan harus memeriksa segala peralatan yang akan digunakan. Terjalinnya kerja sama antar praktikan dengan asisten sangat diperlukan untuk dapat mencapai target yang dinginkan. Selain itu asisten sebaiknya mendampingi praktikan dalam melakukan praktikum.










DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Imam. 2003. Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah Pustaka. Jurnal Biota. Vol VIII. No. 3. Hal 131 – 134. Mataram.
Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia. Elsevier Saunders.
Munasik. 2004. Reproduksi Karang Acropora Aspera Di Pulau Panjang, Jawa Tengah: I. Gametogenesis. Journal of Marine Sciences. No 9. Vol.4 Hal : 211-216. Semarang.
Scanlon & Sanders. 2003. Essential of Anatomy and Physiology. Philadelphia : F. A. Davis Company.
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi Hewan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM.
Wahyu, Hary. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta. Jurusan Zoologi UGM.
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar