LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
”PENGAMATAN SEL KELAMIN”
Dosen Pembimbing :
Kholifah Kholil, M.Si
Disusun Oleh :
Novia Qurrota Ayun
08620029
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa
(berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah
sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot
adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.
Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada
keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering
diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud
meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan
masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati,
motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan
bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma
(Guyton, 2006).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ
kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam
tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam
tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin
terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua
fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan
mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Sherwood, 2001).
Dari penjelasan di atas kita tidak akan
mengetahui bentuk sperma yang sebenarnya, dan jika hanya teori saja tanpa ada
pengamatan atau praktikum kita tidak akan faham, maka dari itu pada praktikum
ini kami mengambil judul tentang “PENGAMATAN SEL KELAMIN”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini yaitu:
1. Bagaimana struktur morfologi spermatozoid pada manusia
yang tidak merokok, perokok ringan, dan perokok berat?
2. bagaimana perbedaan sel kelamin yang di ambil dari
bagian – bagian sistem reproduksi yang berbeda?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengenal struktur morfologi spermatozoid pada
manusia yang tidak merokok, perokok ringan, dan perokok berat
2. Untuk mengamati perbedaan sel kelamin yang diambil
dari bagian – bagian sistem reproduksi yang berbeda
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal
dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari
sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah
sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif
spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya
individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya
standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi
pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak
kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas
(bila mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk
kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Sherwood, 2001).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ
kelamin jantan dan bertugas membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam
tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang merupakan sel terbesar dalam
tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil ukurannya dan mungkin
terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua
fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan
mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Guyton, 2006).
Secara struktur spermatozoa dicirikan sebagai
sel yang “terperas”, sangat sedikit sekali kandungan sitoplasmanya. Spermatozoa
memiliki organel-organel yang sangat sedikit dibandingkan sel lainnya.
Spermatozoa tidak memiliki ribosom, retikulum endoplasmik dan golgi. Sebaliknya
spermatozoa memiliki banyak sekali mitokondria yang letaknya sangat strategis
untuk pengefisiensian energi yang diperlukan. Secara struktur ada dua bagian
yaitu kepala dan ekor (Wahyu, 1990).
Kepala spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya
adalah inti (di dalamnya terkandung material genetik) haploid yang berupa
kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik. Spermatozoa yang kontak dengan
telur, isi akrosomnya dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan reaksi
akrosom (Tenzer, 2003).
Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu
middle piece, principal piece dan end piece. Ekor ini berfungsi untuk
pergerakan menuju sel telur. Ekor yang motil itu pada pusatnya sama seperti
flagellum memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat
dikelilingi oleh Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang
lainnya. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling dan
memungkinkan sperma meluncur dengan cepat. Keberadan mesin pendorong ini
tentunya membutuhkan bahan bakar yang paling produktif yaitu gula fruktosa yang
telah tersedia dalam bentuk cairan yang melingkupi sperma (Bachtiar, 2003).
Sperma bukan hanya harus ada pada air mani,
tapi juga harus memenuhi kriteria ‘air mani sehat dan subur’ dan kriteria ini
menurut WHO adalah sebagai berikut (Munasik, 2004):
1.
Jumlah sperma yang cukup banyak (di atas 10 juta permilimeter)
2.
Gerakannya cukup cepat dan lurus
3.
Bentuknya relatif normal
4.
Kemampuan hidupnya (viabilitas) cukup baik
5. Tidak
terdapat bakteri dan leukospermia yang banyak
Dengan ukurannya yang sangat kecil hanya akan
nampak bila dilihat dengan mikroskop yaitu sekitar 4-5 mikron dengan lebarnya
2,5 - 3,5 mikron adalah hal yang sangat memungkinkan bagi sperma untuk mencapai
sel telur dengan‘kegesitannya’. Spermatozoa atau sperma merupakan hasil
produksi dari kelamin pria, yang dikeluarkan bersama-sama dengan cairan mani.
Namun bukanlah sebuah jaminan apabila bentuk dan ukuran penis normal maka akan
dapat berfungsi dengan normal pula (Scanlon, 2003).
Pada umumnya air mani (semen) yang dikeluarkan
pada saat ejakulasi terdiri atas sperma dan plasma semen yang diproduksi dengan
organ reproduksi yang berbeda. Kalau dilihat dari luar dan diamati, air mani
tampak normal. Tapi bila dilihat di bawah mikroskop tidak terdapat sperma sama
sekali, maka pria ini termasuk kategori azoospermia (tidak memiliki sperma sama
sekali) (Sherwood, 2001).
Kondisi yang meningkatkan suhu pada testis
(dimana sperma dihasilkan) bisa mengurangi jumlah sperma dalam jumlah besar dan
gerakan sperma yang kuat bisa meningkatkan jumlah sperma yang tidak normal.
Suhu kemungkinan meningkat dengan berhubungan dengan panas yang berlebihan,
gangguan yang menghasilkan demam jangka panjang, testis yang tidak turun
(kelainan langka yang hadir pada saat lahir, dan pembuluh varicose pada testis
(varicocele) (Toelihere, 1981).
Gangguan hormon tertentu atau genetik bisa
menghalangi produksi sperma. Gangguan hormon termasuk hyperprolactinemia,
hypothyroidusm, hypogonadism, dan gangguan pada kelenjar adrenalin (yang
menghasilkan hormon testosteron dan hormon lain) atau kelenjar pituitari (yang
mengendalikan produksi testosteron). Gangguan genetik meliputi kelainan pada
kromosom seks, yang terjadi pada sindrom Klinefelter (Scanlon, 2003).
Sel telur diproduksi di dalam ovarium.
Perkembangan sel telur terjadi di dalam folikel – folikel telur. Folikel telur
yang matang akan mengalami ofulasi, sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan
masuk ke dalam oviduk. Seperti sel yang lain, sel telur dilengkapi dengan
membrane sel yang disebut plasmalemma atau oolema. Untuk melindungi sitoplasma,
inti, yolk, dan organel – organel dalam sel. Disamping oolema, kebanyakan sel
telur dikelilingi oleh membrane – membrane telur. Membrane telur yang disekresi
oleh sel telur sendiri, disebut membrane telur primer. Membrane vitelin yang mengelilingi
oolema termasuk membrane telur primer. Membrane telur yang disekresi oleh sel –
sel folikel disebut membrane telur sekunder, misalnya zona pelusida yang
terletak disebelah luar membrane vitelin (Guyton, 2006).
Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus
seminiferus testis. Spermatozoid vertebrata terdiri atas bagian kepala, leher,
bagian tengah, dan ekor yang berupa flagel panjang. Sperma hewan – hewan yang
berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan mobilitasnya. Bentuk
spermatozoidnya adalah spesifik spesies, perbedaannya terutama terletak pada
bentuk kepalanya, yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip (Sherwood, 2001).
Pada hewan – hewan yang tidak memiliki
epididimis, testis menjadi tempat perkembangan serta maturasi sperma. Jadi pada
hewan – hewan tersebut sperma yang dikeluarkan dari testis merupakan sperma
yang matang, mempunyai motilitas dan mempunyai kemampuan untuk membuahi sel
telur. Pada hewan – hewan yang memiliki epididimis, sperma yang berada di dalam
tubulus seminiferus atau yang dikeluarkan dari testis belum motil, motilitasnya
baru diperoleh setelah mengalami aktivasin atau pematangan fisiologia di dalam
epididimis. Spermatozoa dapat disimpan dalam epididimis dan vasdeverens selama
beberapa hari sampai beberapa bulan (Wahyu, 1990).
2.1.1 Kriteria
Sperma Normal
Jumlah sperma normalnya sekitar 10-20 juta per
mililiter ejakulat air mani dengan jumlah sekitar 2-6 milimeter. Minimal
60%-nya harus merupakan sperma yang sehat serta mampu bergerak (motil) dan 15%
bergerak lurus dan cepat. Bentuk kepala sperma normal adalah bulat lonjong
(oval) bila dilihat dari depan, dan bila dilihat dari samping berbentuk pipih. Sperma
yang bergerak ini mempunyai ekor yang panjang dan berujung lancip, ia akan
terus bergerak seperti cambuk. Tenaga yang menggerakkan ekor sperma ini
diperoleh dari bagian lehernya, karena mempunyai sumber energi yang diolah di
bagian mitokondrianya. Bahan-bahan baku diperoleh dari air mani yang susunan
kimiawinya agak kompleks terdapat berbagai zat yang penting untuk kehidupan
sperma dan daya tahan sperma (Munasik, 2004).
Di dalam air mani, sperma tidak terlalu banyak
yang menggumpal (aglutinasi) dan jumlah sel darah putih normalnya sekitar 2-3
sel per lapangan pandang mikroskop. Jumlah ini tidak meningkat hingga terjadi
keadaan leukospermia. Serta tidak ada mikrooerganisme yang bisa mengganggu
saluran reproduksi dan kualitas sperma. Dari jutaan sperma hanya satu saja yang
nantinya berhasil mebuahi telur, sedangkan yang lainnya mati di tengah
perjalanan menuju telur. Sperma yang berhasil membuahi telur adalah sperma yang
unggul mengingat perjalanan mencapai lokasi telur sangat jauh dan melewati
banyak rintangan. Mungkin maksud dari Penciptanya adalah agar cacat bawaan
tidak banyak terjadi. Bayangkan saja bila semua sperma termasuk sperma yang
lemah pun bisa membuahi telur, maka ketika tumbuh menjadi seorang anak, anak
tersebut akan terlahir cacat. Teori ini sebenarnya menurut hukum alam ’survival
of the fittest’ yang sehat akan tetap berjaya. Walaupun jumlahnya tidak
mencapai 10 juta per milimeter, tetapi dengan mutu sperma yang baik dan jumlah
gerak sperma yang cepat dan cukup, maka kemungkinan besar akan berhasil
membuahi telur (Tenzer, 2003).
Setiap ejakulasi, baik karena hubungan seksual,
masturbasi, atau mimpi, normalnya seorang pria akan mengeluarkan ejakulat
sebanyak 2 – 5 kali semprotan. Ejakulat tersebut, yang biasa disebut semen, 65%
berasal dari vesika seminalis (pabrik sperma), 35% dari kelenjar prostat,
sisanya dari vasa. Kandungan yang ada dalam ejakulat antara lain adalah asam
sitrat, asam amino bebas, fruktosa, enzim, fosforilkolin, prostaglandin,
kalium, dan seng (Sherwood, 2001).
Semen yang normal biasanya agak putih keruh dan
jika dibiarkan selama 30 menit, akan mengental dan menjadi lebih jernih. Baunya
seperti klorin. Rasanya agak manis, akibat fruktosa yang dikandungnya. Rasa ini
bisa berbeda untuk setiap orang. Menurut WHO, kriteria semen yang normal
(sanggup membuahi sel telur) adalah (Guyton, 2006):
1.
Total volume semen sekurang-kurangnya 2 ml.
2.
Konsentrasi spermatozoa sedikitnya 20 juta per
ml.
3.
Total jumlah spermatozoa dalam ejakulat minimal
40 juta.
4.
Paling kurang 75 persen dari spermatozoa
tersebut harus dalam keadaan hidup.
5.
Sekurang-kurangnya 30 persen dari spermatozoa
tersebut mempunyai bentuk yang normal.
6.
Minimal 25 persen dari spermatozoa tersebut
dapat berenang ke depan dengan cepat.
7.
Paling tidak 50 persen dari spermatozoa
tersebut dapat berenang ke depan, walaupun sangat lambat.
2.1.2 Bagian – Bagian Sperma
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan
ekor (flagelata. Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini
mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus
lapisan – lapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma
mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energy untuk
pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak (Scanlon, 2003).
Gambar 1.3: bagian – bagian sperma (Adandu,
2009)
2.2 Kajian Keislaman
Sistem reproduksi yang merupakan prasyarat bagi
kelangsungan kehidupan ini, merupakan sistem yang diciptakan Allah. Dia yang
menghendaki kehidupan terus berlangsung. Allah adalah "Pemberi
Kehidupan". Dia yang menciptakan makhluk hidup dan Dia yang menciptakan
keturunannya hadir ke dunia. Semua makhluk hidup dapat hidup berkat Dia. Mereka
berutang nyawa bukan kepada induknya, melainkan kepada Allah yang telah
menciptakan mereka beserta induknya. Allah berfirman di dalam Al Quran:
uqèdur Ï%©!$# ö/ä.r&us Îû ÇÚöF{$# Ïmøs9Î)ur tbrç|³øtéB ÇÐÒÈ
Artinya:
Dan
dialah yang menciptakan serta mengembang biakkan kamu di bumi Ini dan
kepada-Nyalah kamu akan dihimpunkan (QS. Al-mu’minun 79).
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u ÇÊÈ
Artinya:
1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263]
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
Mengawasi kamu.
[263] maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin
ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat
Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah
dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[264] menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka
menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama
Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu
dengan nama Allah.
/ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur §NèO @yèy_ $pk÷]ÏB $ygy_÷ry tAtRr&ur /ä3s9 z`ÏiB ÉO»yè÷RF{$# spuÏZ»yJrO 8lºurør& 4 öNä3à)è=øs Îû ÈbqäÜç/ öNà6ÏG»yg¨Bé& $Z)ù=yz .`ÏiB Ï÷èt/ 9,ù=yz Îû ;M»yJè=àß ;]»n=rO 4 ãNä3Ï9ºs ª!$# öNä3/u çms9 à7ù=ßJø9$# ( Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd ( 4¯Tr'sù tbqèùuóÇè? ÇÏÈ
Artinya:
6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri
Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam
perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat)
demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada
Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
[1306] tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam
perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak
dalam rahim.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II ini di
laksanakan pada hari Selasa, 4 Mei 2010 pada jam 15.15 WIB, di Laboratorium
Pendidikan Biologi A lantai 1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat:
Alat –
alat yang digunakan dalam praktikum
pengamatan sel kelamin ini yaitu:
1.
Mikroskop elektron 1
buah
2.
Pipet tetes 4
buah
3.
Hot plate 1
buah
4.
Beaker glass 1
buah
5.
Tabung reaksi 3
buah
6.
Tabung sperma 4
buah
7.
Kaca benda dan penutup 4 buah
3.2.2
Bahan:
Bahan –
bahan yang digunakan dalam praktikum
pengamatan sel kelamin ini yaitu:
1.
Sperma perokok normal secukupnya
2.
Sperma perokok ringan (I) secukupnya
3.
Sperma perokok berat (II) secukupnya
4.
Sperma kambing secukupnya
5.
Giemsa secukupnya
6.
Kertas lakmus secukupnya
3.3 Cara
Kerja
Cara kerja dari pengamatan sel kelamin ini
yaitu:
3.3.1 Pengamatan makroskopis
1.
Disiapkan alat dan bahan, dipastikan semua
dalam keadaan baik
2.
Diambil masing – masing sperma manusia normal,
perokok I, perokok II, dan sperma kambing
3.
Diamati volume, warna, PH, dan kekentalan
4.
Ditulis hasilnya
3.3.2
Pengamatan mikroskopis
1.
Disiapkan alat dan bahan, dipastikan semua
dalam keadaan baik
2.
Diambil masing – masing sperma manusia normal,
perokok I, perokok II, dan sperma kambing diletakkan diatas kaca benda kemudian
ditutup.
3.
Diamati masing – masing sperma manusia normal,
perokok I, perokok II, dan sperma kambing dengan menggunakan mikroskop.
4.
Diamati gelombang massa, pergerakan massa,
pergerakan individu, viabilitas, dan morfologinya. Digunakan perbesaran mulai
dari yang lebih kecil10x10 jika tidak jelas digunakan perbesaran 40x10
5.
Ditulis hasilnya
3.3.3 Pengamatan
morfologi
1.
Disiapkan alat dan bahan, dipastikan semua
dalam keadaan baik
2.
Diambil masing – masing sperma manusia normal,
perokok I, perokok II, dan sperma kambing diletakkan diatas kaca benda kemudian
ditutup.
3.
Diamati masing – masing sperma manusia normal,
perokok I, perokok II, dan sperma kambing dengan menggunakan mikroskop.
4.
Diamati morfologi, yang meliputi kepala, badan
dan ekor. Digunakan perbesaran mulai dari yang lebih kecil10x10 jika tidak
jelas digunakan perbesaran 40x10.
5.
Digambar hasilnya
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan makroskopis
No
|
Jenis
sperma
|
Volume
(ml)
|
Warna
|
PH
|
kekentalan
|
1.
|
Manusia
a. Normal
b. Perokok ringan (I)
c. Perokok berat (II)
|
4
1,4
3,5
|
PK
PH
PK
|
9
(basa)
8
(basa)
8
(basa)
|
Agak kental
Encer
Agak kental
|
2.
|
Kambing
|
1,8
|
PS
|
5
(asam)
|
Kental berbau
|
Keterangan:
PK :
putih kekuningan
PH :
Putih kehijauan
PS :
putih susu
Volume sperma
normal pada manusia 3-6 ml
4.1.2
Pengamatan mikroskopis
No
|
Jenis sperma
|
Gelombang massa
|
Pergerakan massa
|
Pergerakan individu
|
viabilitas
|
morfologi
|
1.
|
Manusia
a.
Normal
b.
Perokok ringan
c. Perokok berat
|
++
+
++
|
1 %
0 %
85 %
|
a= 90 %, b= 0%, c= 10%
0%
a= 80%, b= 0%, c= 10%, d= 10%
|
0%
0%
0%
|
Abnormal 5%, normal 95 %
Abnormal 55%, normal 45%
Abnormal 25%, normal 75%
|
2.
|
Kambing
|
-
|
-
|
0%
|
0%
|
Abnormal 30%, normal 70%
|
Keterangan:
a : maju
b : mundur
c : memutar
d : bergetar
++ : baik
+ : kurang baik
-
: jelek
4.1.3 Pengamatan morfologi
No
|
Jenis sperma
|
Morfologi
|
Keterangan
|
1.
|
Manusia
a.
Normal
b.
Perokok ringan (I)
c.
Perokok berat (II)
|
Normal :
Abnormal :
Normal :
Abnormal :
Normal :
Abnormal :
|
Normal, kepala besar, ekor 2
Normal, kepala 2, kepala kecil,
kepala besar
Normal,
ekor 2, kepala besar
|
2.
|
Kambing
|
Normal :
Abnormal :
|
Normal, ekor panjang
|
Gambar
morfologi sperma kambing
Hasil pengamatan
|
Literature
|
|
|
Perbesaran 10x10
|
Adandu, 2009
|
Gambar
morfologi sperma manusia
Hasil pengamatan
|
Literature
|
|
|
Perbesaran 10x10
|
Adandu, 2009
|
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pengamatan
makroskopis
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa
pada pengamatan makroskopis yang praktikan amati yaitu volume, warna, PH, dan
kekentalan. Pada manusia normal volumenya 4 ml, perokok ringan 1,4 ml, dan pada
perokok berat 3,5 ml sedangkan pada kambing volumenya 1,8 ml. Dilihat dari
warnanya pada manusia normal, perokok ringan, dan perokok berat warnanya sama
yaitu putih kekuningan, sedangkan pada kambing mempunyai warna sperma yaitu
putih susu. PH pada manusia normal yaitu 9 yang termasuk basa, pada perokok
ringan yaitu 8, dan pada perokok berat yaitu 8 yang termasuk basa juga,
sedangkan pada sperma kambing PH nya yaitu 5 yang termasuk asam. Yang terakhir
diamati pada pengamatan makroskopis ini yaitu kekentalan, pada manusia normal
kekentalan spermanya yaitu agak kental, pada perokok ringan kekentalan
spermanya yaitu encer, dan pada perokok berat kekentalan spermanya yaitu agak
kental, sedangkan pada kambing kekentalan spermanya yaitu kental dan berbau.
Menurut volume pria dapat
digolongkan atas (Sherwood, 2001):
1. Aspermia
: 0 ml
2. hypospermia
: < 1 ml
3. normospermia : 1 – 6 ml
4. hyperspermia : > 6 ml
Rata – rata volume
ejakulasi itu 2,5 – 3,5 ml.
Hypospermia
dapat terjadi oleh beberapa hal : 1. Sampel tumpah waktu ditampung atau
diangkut, 2. Gangguan patologis dan genetis pada genetelia, 3. Vesicular
seminalis tidak ada atau tak berfungsi, 4. Gangguan hormonal atau karena radang
kelenjar. Hyperspermia dapat terjadi karena : 1. Abstinensi terlalu lama, 2.
Kelenjar kelamin terlalu aktif (Sherwood, 2001).
Warna
normal iyalah seperti lem kanji atau putih kelabu. Jika agak lama abstinensi
kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banyak lekosit, yang mungkin oleh
adanya infeksi atau genitalia. Beberapa macam obat, seperti antibiotika, dapat
mewarnai semen (Guyton, 2006).
PH
normal semen ialah 7,2 – 7,8. PH > 8 menunjukkan adanya randang akut
kelenjar kelamin atau epididymitis. PH < 7,2 menunjukkan adanya penyakit
kronis pada kelenjar atau epydidimis. Jika PH rendah sekali menunjukkan adanya
gangguan atau aplasia pada vesicyla seminalis atau ductus ejaculatorius. PH
dapat berubah 1 jam sesudah ejakulasi. Karena itu harus diukur sebelum itu
(Munasik, 2004).
Kekentalan
semen diperiksa dengan alat yang disebut viscometer. Secara sederhana dapat
dilakukan, dengan jalan mencelupkan batang kaca ke obyek yang sudah ditetesi
semen, diangkat pelan, diukur tinggi benang yang terjadi antara batang kaca dan
obyek sampai batas putus. Viskositas semen jika panjang benang 3 – 5 cm. jika
semen terlalu kental (> 5 cm), berarti kurang enzim likuifaksi dari prostat.
Terlalu encer (< 3 cm), karena zat koagulasi yang dihasilkan vesicula seminalis
terlalu sedikit, atau enzim pengenceran dari prostat terlalu banyak (Tenzer,
2003).
4.2.2 Pengamatan
mikroskopis
Berdasarkan
hasil pengamatan dengan mikroskop dengan menggunakan perbesaran 10x10 bahwa
pada pengamatan mikroskopis yang praktikan amati yaitu gelombang massa,
pergerakan massa, pergerakan individu, viabilitas, dan morfologi. Pada manusia
normal gelombang massanya baik, pada perokok ringan gelombang massanya kurang
baik, dan pada perokok berat gelombang massanya baik, sedangkan pada kambing tidak
terdapat gelombang massa karena pada sperma kambing yang praktikan amati sudah
mati. Pergerakan massa pada manusia normal yaitu hanya 1%, pada perokok ringan
0%, dan pada perokok berat pergerakan massanya 85%, sedangkan pada kambing
tidak terdapat pergerakan massa karena sperma yang praktikan amati sudah mati.
Pergerakan individu pada manusia normal yaitu maju: 90%, mundur : 0%, memutar:
0%, dan bergetar : 10%, pada perokok ringan tidak terdapat pergerakan individu,
dan pada perokok berat yaitu: maju: 80%, mundur : 0%, memutar : 10%, dan
bergetar : 10%, sedangkan pada sperma kambing 0%. Sperma dari semua yang
praktikan amati ini memiliki viabilita 0%. Morfologi sperma dari manusia normal
yaitu sperma yang abnormal : 5%, sperma normal 95%, pada perokok ringan sperma
abnormalnya 55%, sperma normal 45%, dan pada perokok berat sperma normalnya
75%, sperma abnormalnya 25%, sedangkan pada kambing sperma normalnya 70%, dan
sperma abnormalnya 30%.
Untuk
mengukur kecepatan spermatozoa dipakai kaca obyek hemocytometer neubaueur.
Kecepatan normal sperma yaitu 2,5 detik per kotak ukuran. Kalau kecepatan
kurang dari itu berarti spermatozoa kurang mampu berfertilisasi (Bachtiar,
2003).
Jumlah
yang bergerak maju ialah jumlah spermatozoa semua dikurangi jumlah mati. Dianggap
normal jika motil maju > 40%. Yang normal % motilnya ialah 63 ± 16 SD,
dengan range 10 – 95%. Ada orang yang spermatozoanya lemah sekali gerak
majunya, disebut asthenozoospermia. Jika hampir semua sperma yang
diperiksa Nampak mati, tak bergerak, disebut necrozoospermia. Berarti orang ini
infertile. Tapi ada laporan mutakhir, spermatozoa yang tak berganti belum
menunjukkan mati. Mungkin ada suatu zat cytotoxic atau antibody yang membuatnya
tak bergerak (Guyton, 2006).
Ketahanan
(Viabilitas) indicator fertilisasi juga. Diukur dengan melihat % motil maju/ml
setelah jamgka waktu tertentu. Makin lama semen makin sedikit yang motil.
Penurunan motilitas normal ialah (Bachtiar, 2003):
1. 2-3
jam sudah ejakulasi 50 – 60% spermatozoa motil maju/ml
2. 7
jam sudah ejakulasi : 50% spermatozoa motil maju/ml
Jika setelah 3 jam yang motil
kurang dari 50% menandakan adanya gangguan atau kelainan dalam genitalia.
Spermatozoa yang motilitasnya rendah disebut asthenozoospermia.
Abstinensi yang lama dapat mempercepat penurunan moyilitas. Jika ejakulasi
sering, volume semen dan konsentrasi menurun, tapi tidak mengurangi ketahanan
(Bachtiar, 2003).
4.2.3
Pengamatan
morfologi
Berdasarkan hasil pengamatan dengan
mikroskop dengan menggunakan perbesaran 10x10 bahwa pada pengamatan morfologi
sperma yang telah diwarnai dengan pewarnaan giemsa, pada manusia normal
morfologi spermanya terdiri dari sperma normal, berkepala besar dan berekor 2,
pada perokok ringan morfologi spermanya terdiri dari sperma normal, berekor 2,
dan berakar besar, dan pada perokok berat morfologi spermanya terdiri dari
sperma normal, berkepala 2, berkepala kecil, dan kepala besar, sedangkan pada
morfologi sperma kambing terdiri dari sperma normal, dan berekor panjang.
Semen diwarnai dengan pewarna
giemsa, dilihat dengan mikroskop. Dihitung sebanyak 200 spermatozoa dan
dibedakan yang normal (kepala oval dan bagian lain normal), dengan yang
abnormal (kepala bukan oval dan bagian lain abnormal). Semen dianggap normal
jika jumlah abnormalnya hanya 30 – 40%. Jika > 40% disebut teratozoospermia.
Jika > 50% : infertile, meski konsentrasi normal. Bentuk abnormal oleh
beberapa factor, yaitu (Wahyu, 1990):
1. Penyakit
alergi
2. Ejakulasi
terlalu sering
3. Gangguan
pada epididimis
4. Stress
psikis atau fisik
5. Gangguan
hormonal
6. Gangguan
saraf
4.3
Perbandingan
No
|
Jenis sperma
|
Gelombang massa
|
Pergerakan massa
|
Pergerakan individu
|
viabilitas
|
morfologi
|
1.
|
Manusia
c.
Normal
d. Perokok
ringan
c. Perokok berat
|
++
+
++
|
1 %
0 %
85 %
|
a= 90 %, b= 0%, c= 10%
0%
a= 80%, b= 0%, c= 10%, d= 10%
|
0%
0%
0%
|
Abnormal 5%, normal 95 %
Abnormal 55%, normal 45%
Abnormal 25%, normal 75%
|
2.
|
Kambing
|
-
|
-
|
0%
|
0%
|
Abnormal 30%, normal 70%
|
Berdasarkan
table diatas kita ketahui bahwa perbandingan antara sperma manusia normal,
perokok ringan, perokok berat, dan kambing yaitu:
1. Pada
manusia normal : mempunyai paling banyak
sperma normal daripada perokok ringan dan berat.
2. Pada
perokok ringan : memiliki sperma
abnormal yang lebih banyak dari pada perokok berat
3. Pada
perokok berat : memiliki sperma yang
lebih banyak bergerak, dan sperma normalnya juga lebih banyak.
4. Pada
kambing : memiliki
sperma normal yang lebih banyak.
Perbedaan
bentuk
Sperma manusia
|
Sperma kambing
|
|
|
Adandu, 2009
|
Adandu, 2009
|
Berdasarkan
table diatas perbedaan morfologi sperma kambing dan manusia yaitu:
1.
Pada sperma kambing :
kepalanya meruncing, ekornya lebih panjang
2.
Pada sperma manusia :
kepalanya lebih kecil, kepala bulat agak oval, ekornya lebih pendek
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada
manusia normal : mempunyai paling
banyak sperma normal daripada perokok ringan dan berat.
2. Pada
perokok ringan : memiliki sperma
abnormal yang lebih banyak dari pada perokok berat
3. Pada
perokok berat : memiliki sperma yang
lebih banyak bergerak, dan sperma normalnya juga lebih banyak.
4. Pada
kambing : memiliki sperma
normal yang lebih banyak.
5. Pada
sperma kambing : kepalanya meruncing,
ekornya lebih panjang
6.
Pada sperma manusia :
kepalanya lebih kecil, kepala bulat agak oval, ekornya lebih pendek
5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya
kita harus tahu dulu bagaimana cara nya dan harus memeriksa segala peralatan
yang akan digunakan. Terjalinnya kerja sama antar praktikan dengan asisten
sangat diperlukan untuk dapat mencapai target yang dinginkan. Selain itu
asisten sebaiknya mendampingi praktikan dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Imam. 2003. Reproduksi Seksual Karang
Scleractinia: Telaah Pustaka. Jurnal Biota. Vol VIII. No. 3. Hal 131 – 134.
Mataram.
Guyton & Hall. 2006. Textbook of
Medical Physiology. Philadelphia. Elsevier Saunders.
Munasik.
2004. Reproduksi Karang Acropora Aspera Di Pulau Panjang, Jawa Tengah:
I. Gametogenesis. Journal of Marine Sciences. No 9. Vol.4
Hal : 211-216. Semarang.
Scanlon & Sanders. 2003. Essential of Anatomy and
Physiology. Philadelphia : F. A. Davis Company.
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi
Hewan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum
Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM.
Wahyu, Hary. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi.
Yogyakarta. Jurusan Zoologi UGM.
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi
Reproduksi pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar