LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
”REPRODUKSI DAN
PERKEMBANGAN EMBRIO”
Dosen Pembimbing :
Kholifah Kholil, M.Si
Disusun Oleh :
Novia Qurrota Ayun
08620029
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi
perkembangan ialah studi proses pertumbuhan dan perkembangan organisme. Biologi
perkembangan modern mempelajari kontrol genetik pertumbuhan sel, diferensiasi
sel dan morfogenesis, yang merupakan proses yang menimbulkan jaringan, organ
dan anatomi. Embriologi merupakan subbidang, studi organisme antara tahap 1 sel
(umumnya, zigot) dan akhir tahap embrio, yang tak perlu awal kehidupan bebas.
Embriologi awalnya merupakan ilmu yang lebih deskriptif sampai abad ke-20.
Embriologi dan biologi pengembangan kini menghadapi bermacam-macam langkah yang
diperlukan untuk pembentukan badan organisme hidup yang benar dan sempurna
(Wahyu, 1990).
Pada
saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus) dengan ejakulasi, sperma dari
saluran reproduksi pria didalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani
berisi sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi
pada masa ovulasi (masa subur wanita), maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan
ovum yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Proses pembuahan ini
terjadi didalam tuba fallopi, umumnya didaerah ampula/infundibulum
(Guyton,2006).
Semua
itu tidak akan kita ketahui dengan jelas tanpa adanya penelitian lebih lanjut,
oleh karena itu pada praktikum kali ini kami mrngambil judul tentang “Reproduksi
Dan Perkembangan Embrio”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini yaitu:
1. Bagaimana cara mengawinkan dan memelihara mencit?
2. Bagaimana perkembangan embrio secara morfologi selama
periode kehamilan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk mempelajari cara mengawinkan dan memelihara
mencit?
2. Untuk mempelajari perkembangan embrio secara morfologi
selama periode kehamilan?
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Perkembangan embrio mammalia
A. Pembuahan
Pada saat kopulasi antara pria dan wanita
(coitus) dengan ejakulasi, sperma dari saluran reproduksi pria didalam vagina
wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel sperma ke dalam saluran
reproduksi wanita. Jika senggama terjadi pada masa ovulasi (masa subur wanita),
maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan ovum yang disebut sebagai pembuahan
atau fertilisasi. Proses pembuahan ini terjadi didalam tuba fallopi, umumnya
didaerah ampula/infundibulum. Ovum yang dilepaskan saat ovulasi dikelilingi
oleh zona pelusida yang diluarnya ada sel yang membentuk corona radiata.
Setelah terjadi pembuahan, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak
dapat ditembus oleh sperma yang lain. Setelah sperma mencapai oosit terjadi
(Guyton, 2006) :
1. reaksi zona atau reaksi kortikal pada selaput zona
pelusida
2. oosit menyelesaikan pembelahan keduanya sehingga
menghasilkan oosit definitive yang kemudian menjadi pronukleus wanita.
3. inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria
4. ekor sperma lepas dan bergenerasi
5. pronukleus pria dan wanita yang haploid membentuk
zygote yang diploid
Selama setiap siklus menstruasi normal,
satu sel telur (ovum) biasanya dilepaskan dari salah satu indung telur, sekitar
14 hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Lepasnya sel telur disebut
ovulasi. Sel telur tersapu ke dalam ujung yang berbentuk corong pada salah satu
tuba falopii (Munasik, 2004).
Pada ovulasi, lendir di dalam servik
menjadi lebih cair dan lebih elastis, membiarkan sperma untuk masuk ke dalam
rahim dengan cepat. Dalam 5 menit, sperma bisa bergerak dari vagina, melalui
servik ke dalam rahim, dan menuju ujung yang berbentuk corong pada tuba
falopii-tempat biasa pembuahan. Lapisan sel tuba falopii memudahkan pembuahan
(Sherwood, 2007).
Jika sperma menembus sel telur, pembuahan
terjadi. Silia seperti rambut yang kecil melapisi tuba falopii mendorong sel
yang telah dibuahi (zigot) melalui pipa ke arah rahim. Sel pada zigot membelah
berulangkali bersamaan dengan zigot bergerak menuju tuba falopi. Zigot tersebut
memasuki rahim dalam 3 sampai 5 hari. Di dalam rahim, sel terus membelah,
menjadi bola berongga yang disebut blastosit. Jika pembuahan tidak terjadi, sel
telur luruh dan terus melewati rahim dengan periode menstruasi berikutnya
(Wahyu, 1990).
Jika lebih dari satu sel telur yang
dilepaskan dan dibuahi, kehamilan meliputi lebih dari satu janin, biasanya dua
(kembar). Beberapa kembar adalah fraternal. Mengidentifikasikan kembar ketika
satu sel telur memisah ke dalam dua embrio setelah membelah (Wahyu, 1990).
B. Pembelahan / Perkembangan Awal Embrio
Setelah terbentuk zigot, maka beberapa jam
kemudian terjadi pembelahan zigot sehingga terbentuk dua blastomer. Dalam tiga
hari selama perjalanan ke tuba, akan terbentuk sekelompok blastomer yang sama
besar sehingga, hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Setelah sampai di
stadium Morula, terjadi akumulasi cairan sehingga terjadi blastula yang
akhirnya terbentuk blastokista. Sekumpulan sel yang ada didalam blastokista
disebut massa sel dalam (Inter cell mass). Blastokista diluarnya dikelilingi
oleh sel-sel yang lebih kecil yang disebut trofoblas (Trophoblast) yang
mempunyai kemampuan menerobos kedalam endometrium (Tenzer, 2003).
C. Implantasi / Nidasi
Kontak antara zigot stadium Blastokista dengan
dinding rahim akan menimbulkan berbagai reasi seluler sehingga sel trofoblas
tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel
endometrium uterus. Tahap ini disebut sebagai implantasi / nidasi yang terjadi
kurang lebih enam hari setelah konsepsi. Apabila sudah terjadi implantasi /
nidasi maka baru dikatakan terjadi kehamilan. Pada hari ke empat, inti
blastokista telah sampai pada permukaan stoma endometrium. Pada hari ke enam,
blastokista mulai masuk kedalam stoma endometrium dan pada hari ke sepuluh,
blastokista telah terbenam seluruhnya ke dalam stroma endometrium, sehingga
tahap implantasi / nidasi berakhir (Toelihere, 1981).
Selaput janin terdiri atas korion, amnion,
kantung kuning telur, alantois. Bagian korion fili tetap berkembang yang kelak
akan menjadi plasenta. Plasenta, selain terdiri dari komponen janin juga
tyerdiri dari komponen maternal yang disebut desidua (desidua basalis). Desidua
dibagi menjadi dua daerah, yaitu (Bachtiar, 2003):
1. desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi
dengan dinding uterus
2. desidua capsularis, terletak diantara hasil
konsepsi dengan cavum uteri
3. desidua parietalis/Vera, terletak
meliputi/mengelilingi dinding uterus yang lain.
D. Plasentasi
Pada ± minggu ke 16 seluruh kantong rahim telah
ditutupi oleh vili korialis. Setelah kantung membesar, vili diseberang janin
(daerah desidua capsularis) terjepit, mengalami degenerasi, sehingga menjadi
halus (korion halus). Vili di desidua basalis berkembang dengan cepat membentuk
plasenta (Plasenta Pars Fetalis). Fungsi plasenta (Scanlon, 2003):
1. nutritive, alat yang menyalurkan makanan dari ibu ke
janin
2. ekskresi, alat yang menyalurkan hasil metabolisme dari
janin ke ibu.
3. respirasi, menyalurkan O2 dari ibu ke janin dan
sebaliknya, menyalurkan CO2 dari janin ke ibu.
4. alat pembentuk hormone (Endokrin)
5. alat penyalur antibody dari ibu ke janin (Imunologi)
6. Farmakologi, menyalurkan obat yang dibutuhkan janin,
dari sang ibu.
Plasenta dihubungkan dengan umbilikulus
janin melalui tali pusar (Umbilical Cord) yang mengandung dua arteri
umbilikalis dan satu vena umbilikalis. Mesoblast antara ruang amnion danm
embrio menjadi padat disebut body stalk, menghubungkan embrio dengan dinding
trofoblast yang kelak menjadi tali pusat (Santoso, 2006).
Perkembangan Pada Janin dan Plasenta
Pada akhir minggu ke-8 setelah pembuahan
(10 minggu pada kehamilan), embrio disebut janin. Selama tahap ini. Struktur
yang telah terbentuk bertumbuh dan terbentuk. Berikut adalah tanda-tanda selama
kehamilan (Sherwood, 2007):
1) 12 minggu kehamilan :
Janin memenuhi seluruh rahim.
2) Sekitar 14 minggu :
Jenis kelamin bisa dikeali.
3) Sekitar 16 sampai 20 minggu : bisanya, wanita hamil
bisa merasakan pergerakan janin. Wanita yang pernah melahirkan sebelumnya
biasanya merasakan pergerakan sekitar 2 minggu pertama dibandingkan wanita yang
hamil untuk pertama kali.
4) Sekitar 24 minggu : janin mempunyai kesempatan
bertahan hidup di luar rahim.
Paru-paru terus matang sampai mendekati
waktu melahirkan. Otak menyimpan sel melalui kehamilan dan tahun pertama
kehidupan setelah lahir. Selama plasenta terbentuk, hal itu memperluas proyeksi
seperti rambut yang kecil (villi) di dalam dinding rahim. Proyeksi tersebut
bercabang dan bercabang kembali di dalam susunan seperti pohon yang rumit.
Susunan ini sangat memperluas daerah kontak di antara dinding rahim dan
plasenta, sehingga lebih banyak nutrisi dan bahan-bahan beracun yang bisa
dirubah. Plasenta terbentuk sempurna dalam 18 sampai 20 minggu tetapi terus
bertumbuh melalui kehamilan. Ketika melahirkan, beratnya sekitar 1 pon
(Scanlon, 2003).
Gambar 1.1 plasenta dan embrio pada usia 8
minggu (Adandu, 2009)
Pada 8 minggu kehamilan, plasenta dan janin
telah terbentuk untuk 6 minggu. Plasenta membentuk proyeksi seperti rambut
kecil (villi) yang meluas ke dalam dinding rahim. Pembuluh darah dari embrio,
yang melalui tali pusat ke plasenta, terbentuk di dalam villi. Selaput tipis
memisahkan darah embrio di dalam villi dari darah si ibu yang mengalir melalui
ruang yang mengelilingi villi (ruang intervillous). Susunan ini membuat
bahan-bahan dirubah antara darah ibu dan embrio tersebut. Hal ini juga menjaga
sistem kekebalan tubuh ibu menyerang embrio karena antibodi ibu terlalu besar
untuk melewati selaput tersebut (Bachtiar, 2003).
Embrio mengapung di dalam cairan (cairan
amniotic), yang berisi cairan di dalam kantung (kantung amniotic). Cairan
amniotic menyediakan ruang di mana embrio bisa bertumbuh dengan bebas. Cairan
tersebut juga membantu melindungi embrio dari luka. Kantung amniotic kuat dan
berpegas (Munasik, 2004).
E. Cairan Amnion
Rongga yang diliputi selaput janin disebut
sebagai rongga amnion. Didalam ruang ini terdapat cairan amnion (Liquor Amnii).
Volume cairan amnion (air ketuban) pada kehamilan berkisar antara 1000 – 1500
ml. Cairan amnion berasal dari sekresi oleh dindinmg selaput amnion/plasenta,
kemudian setelah system urinorius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi,
juga dikeluarkan kedalam rongga amnion (Guyton, 2006).
F. Perkembangan Embrio tingkat lanjut
F.1. perkembangan bulan pertama sampai ke 2
Ada tonjolan di jantung dan bengkak
dikepala, karena otak sedang berkembang. Jantung mulai berdetak, dan dapat
dilihat detakannya pada suatu alat ultra sonic scan. Lesung pipit pada sisi
kepala akan menjadi telinga. Dan terjadi pengentalan yang nantinya akan
membentuk mata. Pada bagian atas badan akan terjadi pembengkakan yang akan
membentuk tulang dan otot. Dan bengkak kecil menunjukan lengan dan kaki mulai
tumbuh (Scanlon, 2003).
F.2. Perkembangan Embrio Bulan Ke 3
Pada tahap ini, bagian muka pelan-pelan
mulai terbentuk. Mata terlihat lebih jelas dan mempunyai beberapa warna. Juga
telah terbentuk mulut dengan lidah. Pada tahap ini calon tangan dan kaki mulai
terlihat menonjol pada sisi lateral corpus dan distal. Selanjutnya akan
terlihat garis-garis bakal terbentuknya jari-jari tangan dan kaki. Juga mulai
terbentuk organ-organ dalam utama seperti jantung, otak, paru-paru, hati,
ginjal, usus (Scanlon, 2003).
F.3. Perkembangan Embrio Pada Bulan Ke 4
Dua belas minggu setelah proses pembuahan,
janin telah terbentuk sepenuhnya. Semua organ badannya, otot, lengan dan tulang
telah lengkap. Janin mengalami pertumbuhan yang lebih matang. Saat minggu ke
14, denyut jantung berdetak lebih kencang dan dapat etrdengar menggunakan alat
ultrasonic detector. Denyut jantung berdetak sangat cepat sekitar dua kali
lebih cepat dari denyut jantung orang dewasa (Scanlon, 2003).
F.4. Perkembangan bulan ke 5-6
Pada masa ini janin tumbuh dengan cepat.
Bagian tubuh tumbuh lebih besar sehingga badan dan kepala lebih proporsional.
Garis-garis pada kulit jari kini telah terbentuk, sehingga janin memiliki sidik
jari sendiri. Pada minggu ke 21 hingga minggu ke 25, anda akan merasakan
gerakan janin untuk pertama kali. Pada mulanya akan terasa suatu denyutan atau
sedikit peregerakan, dan mungkin terasa seperti gangguan pencernaan.
Selanjutnya, anda akan merasakan janin anda menendang (Scanlon, 2003).
F.5. Perkembangan bulan ke 7-8
Janin kini bergerak dengan penuh semangat
dan bereaksi terhadap sentu han dan bersuara. Janin juga mempunyai kebiasaan
untuk bangun dan tidur. Kebiasaan ini sering berbeda dengan kebiasaan anda. Ketika
anda istirahat pada malam hari, janin mulai bangun dan menendang. Pada minggu
ke 29, kelopak mata janin terbuka untuk yang pertama kali. Pada minggu ke 30,
panjang janin normal Indonesia sekitar 33 cm (Scanlon, 2003).
F.6. Perkembangan bulan ke 9 sampai lahir
Pada minggu ke 35 terjadi proses
penyempurnaan kulit, yang sebelumnya berkerut, pada tahap ini lebih lembut dan
halus. Pada minggu ke 38, janin pada umumnya terbaring turun, siap untuk proses
kelahiran. Kadang-kadang sebelum kelahiran, kepala berpindah masuk ke panggul
dan disebut “masuk pintu atas panggul”, namun, terkadang kepala janin belum
masuk pintu atas panggul sampai kelahiran dimulai (Scanlon, 2003).
Gambar 1.2 perkembangan embrio tingkat
lanjut (Adandu, 2009)
G. Perkembangan
Blastosit
Di
antara 5 dan 8 hari setelah pembuahan, blastosit menempel pada lapisan rahim,
biasanya dekat puncak. Proses ini disebut implantasi, yang selesai dengan 9
atau 10 hari. Dinding blastosit adalah satu sel tebal kecuali di satu area,
dimana 3 sampai 4 sel tebal. Bagian dalam sel pada area yang menebal berkembang
menjadi embrio, dan bagian luar sel bersembunyi di dalam dinding rahim dan
berkembang menjadi plasenta. Plasenta tersebut menghasilkan beberapa hormon
yang membantu memelihara kehamilan. Sebagai contoh, plasenta menghasilkan human
chorionic gonadotropin, yang mencegah indung telur dari pelepasan sel telur dan
merangsang indung telur untuk menghasilkan estrogen dan progesterone secara
kontinyu. Plasenta juga membawa oksigen dan nutrisi dari ibu untuk janin dan
bahan-bahan beracun dari janin ke ibu (Wahyu, 1990).
Beberapa
sel dari plasenta berkembang menjadi lapisan bagian luar pada selaput (chorion)
yang mengelilingi embrio. Bagian dalam lapisan pada selaput (amnion) terbentuk
sekitar hari ke 10 sampai hari ke 12, membentuk kantung amniotic. Kantung
amniotic berisi cairan bening (cairan amniotic) dan menyebar untuk melindungi
embrio yang berkembang, yang mengambang di dalamnya (Tenzer, 2003).
H. Embriogenesis (Perkembangan Embrio)
Tahap berikutnya pada perkembangan embrio,
dimana perkembangan di bawah lapisan rahim pada salah satu sisi. Tahap ini
ditandai dengan pembentukan organ yang paling dalam dan struktur luar tubuh.
Pembentukan organ-organ diawali sekitar 3 minggu setelah pembuahan, ketika
embrio memanjang, pertama kali terbentuk manusia. Tidak lama setelah itu,
daerah tersebut akan menjadi otak dan syaraf tulang belakang (neural tube)
mulai terbentuk. Jantung dan pembuluh darah besar mulai terbentuk sekitar hari
ke 16 atau 17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari
ke-20, dan sel darah merah pertama muncul hari berikutnya. Pembuluh darah terus
berkembang di dalam embrio dan plasenta (Toelihere, 1981).
Gambar 1.3 tahapan dari telur menjadi
embrio (Adandu, 2009)
Satu kali sebulan, sel telur dilepaskan
dari ovarium ke dalam tuba falopii. Setelah berhubungan seks, sperma bergerak
dari vagina melalui servik dan rahim menuju tuba falopii, dimana satu sperma
membuahi sel telur. Sel telur yang dibuahi (zigot) membelah terus sebagaimana
bergerak turun ke tuba falopii menuju rahim. Pertama, zigot menjadi bola keras
pada sel. Kemudian menjadi bola berongga pada sel yang disebut blastosit. Di
dalam rahim, blastosit tertanam di dinding rahim, yang mana berkembang menjadi
embrio menempel pada plasenta dan mengelilingi selaput yang berisi cairan
(Scanlon, 2003).
Hampir semua organ terbentuk sempurna
sekitar 8 minggu setelah pembuahan (yang sama dengan 10 minggu pada kehamilan).
Kecuali otak dan tulang belakang, yang terus matang sepanjang kehamilan.
Kebanyakan kerusakan bentuk (kerusakan lahir) terjadi selama periode ketika
organ dibentuk. Selama periode ini, embrio lebih peka terhadap efek
obat-obatan, radiasi, dan virus. Oleh karena itu, seorang wanita hamil
seharusnya tidak diberikan vaksin virus hidup apapun atau menggunakan
obat-obatan apapun selama periode ini sampai mereka menganggap penting untuk
menjaga kesehatan mereka (Guyton, 2006).
Lapisan sel pertama yang terbentuk adalah
blastoderm, yang terdiri dari lapis tunggal sel-sel, yaitu blastomer. Proses
terbentuknya blastomer berbeda pada satu jenis binatang dengan jenis yang
lainnya, hal ini berhubungan dengan banyaknya bahan kuning telur di dalam
telur. Namun pada sebagian besar
serangga, telurnya mempunyai bahan kuning telur yang banyak. Pada kebanyakan serangga nukleus yang
berfungsi dengan sitoplasmanya, berperilaku seperti individu sel dan membelah
diri (cleavage) secara mitosis.
Nukleus-nukleus baru yang terjadi bergerak ke daerah tepi telur dan
membentuk blastoderm. Selama proses itu berlangsung, tiap nukleus membentuk sel
lengkap dengan selaput selnya (Scanlon, 2003).
Sel-sel hasil pembelahan di atas sebagian
tetap di bagian kuning telur, atau sebagian yang sudah di tepi kembali ke
kuning telur; sel-sel ini disebut vitofag (vitellophages) atau sel-sel kuning
telur (yolk cells). Vetelofag ini berperan
dalam pencernaan awal kuning telur, sehingga memudahkan pengasimilasian oleh
sel-sel embrio lain. Pada waktu bersamaan terjadinya blastoderm, beberapa sel
hasil pembelahan berubah menjadi sel-sel lembaga (germ cells) yang nantinya
berkembang menjadi gamet atau sel-sel reproduktif pada tahap larva tua, pupa
atau dewasa (Sherwood, 2007).
Setelah pembentukan blastoderm selesai,
sel-sel pada satu sisi telur berubah bentuk menjadi kolumnar (columnar)
(artinya seperti tiang besar) sepanjang garis tengah-longitodinal telur, ke
arah dua sisi dari garis ini sel-sel itu secara berurutan kurang kolumnar,
akhirnya bersatu dengan sel-sel blastoderm yang tersisa, yang cenderung menjadi
pipih (sequamous). Daerah yang menebal
dari blastoderm terdiri dari sel-sel kolumnar itu adalah pita lembaga (germ
band), yang kemudian memanjang dan berkembang menjadi embrio. Sel-sel lain ikut dalam pembentukan selaput
atau membran ekstraembrio. Pada sebagian
besar serangga lipatan pada daerah di luar pita lembaga tumbuh ke arah atas
pita lembaga, nantinya bertemu sepanjang garis tengah longitudinal. Lapis luar dan dalam dari satu lipatan
bersatu dengan lapis yang sama dan lipatan lainnya. Lipatan dalam membentuk amnion (amnion) di
sekeliling embrio yang berkembang dan lapis luar membentuk serosa yang
mengelilingi kuning telur, ammon dan embrio.
Pada beberapa serangga selaput ekstraembrio terbentuk dari invaginasi
(Apterigota) atau involusi embrio (Odonata, beberapa Orthoptera dan Homoptera)
(Santoso, 2006).
Pada waktu pembentukan ammnion dan serosa,
terjadi juga proses gastrulasi, yang dimulai dengan invaginasi (melekuk ke
dalam) bagian bawah (venter) pita lembaga.
Nantinya invaginasi itu mendatar ke arah keluar dan pinggir-pinggir
luarnya bertemu dan bersatu membentuk pita longitudinal dari sel-sel (lapis
dalam atau mesentoderm) yang dikelilingi oleh lapis luar, disebut
ektoderm. Tipe lain pembentukan lapisan
dalam ialah mengendapnya pita longitudinal bawah ke dalam kuning telur, yang
kemudian tertumbuhi oleh sel-sel pita lembaga yang tertinggal. Tipe yang lain lagi, lapisan dalam itu
berkembang dari proliferasi pita lembaga.
Kemudian lapisan dalam berkembang menjadi dua pita longitudinal lateral
(mesoderm) dan untingan tengah (median strands) dengan massa sel pada ujung
anterior dan posterior. Untingan tengah
bagian massa sel di kedua ujungnya akan menjadi endorm (Munasik, 2004).
Pada tahap perkembangan ini -yaitu mulai
adanya mesoderm dan endorm -terjadi alur-alur melintang sehingga embrio
terbagi-bagi menjadi satu seri ruas-ruas, 20 jumlahnya. Segmentasi atau peruasan ini adalah proses
bertahap (gradual), mulai dari bagian depan dan berlanjut ke belakang. Pada saat yang sama terjadi juga evaginasi ektoderm,
yang membentuk berbagai embelan (appendages) tubuh. Apabila segementasi embrio itu telah sempurna
dan semua dasar-awal (rudiments) dari embelan telah terbentuk, bagian-bagian
embrio yang akan membentuk ketiga tagmata tubuh serangga sudah dapat
terlihat. Setelah pembentukan tiga lapis
lembaga (germ layers) (endorm, mesoderm, ektoderm), masing-masing berkembang
lebih lanjut yang nantinya membentuk berbagai jaringan dan organ-organ. Proses ini disebut organogenesis. Otot-otot,
jantung dan aorta (pembuluh dorsal, jaringan lunak dan organ reproduksi berasal
dari perkembangan mesoderm. Mesenteron
adalah endodermal, sedang stomodeum dan proktodeum ektodermal, otak, sistem
saraf, sistem trakea dan integumen juga ektodermal (Sherwood, 2007).
2.1.2
Perkembangan embrio unggas
A. Perkembangan embrio unggas dari hari ke hari
Pengetahuan tentang fertil dan tidaknya
telur sangat diperlukan terutama di hatchery. Selain pengetahuan terhadap
seleksi fisik telur, kefertilan telur juga perlu diketahui. Seleksi fisik yang
dapat dilakukan diantaranya kebersihan telur dari kotoran induknya, retak atau
tidaknya telur serta bentuk ukuran telur (normal atau tidak). Namun terlepas
dari hal tersebut tidak kalah pentingnya pengetahuan mengenai fertil/infertil
telur dilihat dari dalam telurnya yang dapat dibandingkan sebagai berikut
(Scanlon, 2003):
Telur infertil: lempengan embrio terakumulasi oleh
material putih di tengah.
Telur fertil: lempengan embrio terlihat seperti
cincin, pada pusat area berwarna lebih terang seperti rumah embrio.
Berikut ini Perkembangan embrio dari hari
ke hari (Bachtiar, 2003):
1. Hari Pertama.
Asal mula lempengan embrio pada tahap blastodermal.
Nampak ada rongga segmentasi yang berada di bawah area pelucida, terdapat pada
cincin yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya.
2. Hari kedua.
Nampak jalur pertama pada pusat blastoderm. Diantara
extraembrionic annexis nampak membran vitelin yang memiliki peranan utama dalam
nutrisi embrio.
3. Hari ketiga.
Embrio berada di sisi kiri, dikelilingi oleh sistem
peredaran darah, membram viteline menyebar di atas permukaan kuning telur.
Kepala dan badan dapat dibedakan, demikian juga otak. Nampak juga struktur
jantung yang mulai berdenyut.
4. Hari keempat.
Perkembangan rongga amniotik, yang akan mengelilingi
embrio, yang berisi cairan amniotik, berfungsi untuk melindungi embrio dan
membolehkan embrio bergerak. Nampak gelembung alantois yang berperan utama
dalam penyerapan kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan sisa-sisa.
5. Hari kelima.
Peningkatan ukuran embrio, embrio membentuk huruf C,
kepala bergerak mendekati ekor. Terjadi perkembangan sayap.
6. Hari keenam.
Membram vetiline terus berkembang dan mengelilingi
lebih dari separuh kuning telur. Fissura ada diantara jari pertama, kedua dan
ketiga dari anggota badan bagian atas dan antara jari kedua dan ketiga anggota
badan bagian bawah. Jari kedua lebih panjang dari jari lain.
7. Hari ketujuh.
Cairan yang makin mengencer di bagian leher. Nampak
jelas memisahkan kepala dengan badannya. Terjadi pembentukan paruh. Otak nampak
ada di daerah kepala, yang lebih kecil ukurannya dibanding dengan embrio.
8. Hari kedelapan.
Membram vetillin menyelimuti (menutupi) hampir seluruh
kuning telur. Pigmentasi pada mata mulai nampak. Bagian paruh atas dan bawah
mulai terpisah, demikian juga dengan sayap dan kaki. Leher merenggang dan otak
telah berada di dalam rongga kepala. Terjadi pembukaan indra pendengar bagian
luar.
9. Hari kesembilan.
Kuku mulai nampak, mulai tumbuh folikel bulu pertama.
Alantois mulai berkembang dan meningkatnya pembuluh darah pada vitellus.
10. Hari kesepuluh.
Lubang hidung masih sempit. Terjadi pertumbuhan
kelopak mata, perluasan bagian distal anggota badan. Membran viteline
mengelilingi kuning telur dengan sempurna. Folikel bulu mulai menutup bagian
bawah anggota badan. Patuk paruh mulai nampak.
11. Hari kesebelas.
Lubang palpebral memiliki bentuk elips yang cenderung
menjadi encer. Alantois mencapai ukuran maksimal, sedangkan vitellus makin
menyusut. Embrio sudah nampak seperti anak ayam.
12. Hari kedua belas.
Folikel bulu mengelilingi bagian luar indera pendengar
meatus dan menutupi kelopak mata bagian atas. Kelopak mata bagian bawah
menutupi 2/3 atau bahkan ? bagian kornea.
13. Hari ketiga belas.
Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois. Kuku
dan kali mulai nampak jelas.
14. Hari keempat belas.
Bulu-bulu halus hampir menutupi seluruh tubuh dan
berkembang dengan cepat.
15. Hari kelima belas dan enambelas.
Beberapa morfologi embrio berubah: anak ayam dan bulu
halus terus berkembang. Vitellus menyusut cepat, putih telur mulai menghilang.
Kepala bergerak ke arah kerabang telur (posisi pipping) di bawah sayap kanan.
16. Hari ketujuh belas.
Sistem ginjal dari embrio mulai memproduksi urates
(garam dari asam urat). Paruh yang berada di bagian bawah sayap kanan, menuju
rongga udara (yang ada di dalam telur). Putih telur telah terserap semua.
17. Hari kedelapan belas.
Permulaan internalisasi vitellin. Terjadi pengurangan
cairan amniotik. Pada umur ini dilakukan transfer dari mesin setter (inkubtor)
ke mesin hatcher dan juga bisa dilakukan vaksin in ovo.
18. Hari kesembilan belas.
Penyerapan vitellin secara cepat. Paruh mulai mematuk
selaput/membran kerabang bagian dalam dan siap untuk menembusnya. Penyerapan
vitelis mulai cepat.
19. Hari kedua puluh.
Vitelus terserap semua, menutup pusar (umbilicus).
Anak ayam menembus selaput kerabang telur bagian dalam dan bernafas pada rongga
udara. Pertukaran gas terjadi melalui kerabang telur. Anak ayam siap menetas
dan mulai memecah kerabang telur.
20. Hari kedua puluh satu.
Anak ayam menggunakan sayap sebagai pemandu dan kakinya
memutar balik, paruh memecah kerabang dengan cara sirkular. Anak ayam mulai
melepaskan diri dari kerabang telur dalam waktu 12 - 18 jam dan membiarkan
bulunya menjadi kering.
2.2 Kajian Keislaman
Di dalam al Qur'an Allah
menurunkan beberapa ayat tentang perkembangan embrio manusia.
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِين ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي
قَرَارٍ مَكِين
الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ
أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14)
Allohu Akbar… Maha Besar
Alloh, yang telah menciptakan manusia dengan bentuknya yang sempurna, kemudian
Alloh anugerahkan mereka dengan kecerdasan dan otak supaya mereka ini mau
berpikir akan ciptaan Alloh. Alloh Ta’ala berfirman :
وَفِيْ الأَرْضِ
ءَايَاتٌ لِلْمُوْقِنِيْنَ وَفِيْ أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
“Dan di bumi itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga)
pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS Adz-Dzaariyat :
20-21)
Al-Imam ‘Abdurrahman bin
Nashir as-Sa’di menjelaskan ayat di atas :
“Alloh Ta’ala berfirman
menyeru hamba-hamba-Nya untuk bertafakkur (berfikir) dan mengambil i’tibar
(pelajaran) : “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang yakin” yang mencakup bumi itu sendiri dan apa-apa yang ada
padanya seperti pegunungan, lautan, sungai, pepohonan dan tetumbuhan, yang
menunjukkan orang yang memikirkannya dan merenungkan maknanya, akan keagungan
pencipta-Nya, kekuasannya-Nya yang maha luas, kebaikan-Nya yang umum mencakup
semuanya dan ilmu-Nya yang mencakup zhahir dan bathin. Demikian pula, bahwa di
dalam diri seorang hamba itu ada pelajaran, hikmah dan rahmat yang menunjukkan
bahwa Alloh itu maha tunggal al-Ahad…” [Taysir Karimir Rahman, tafsir surat
adz-Dzariyat, juz 29, hal. 809).
Manusia zaman dahulu
tidak mengetahui bahwa mereka mengalami perkembangan di dalam perut (uterus ibnu
mereka) hingga akhirnya sains modern menguaknya. Ilustrasi pertama yang
diketahui tentang sebuah janin digambar oleh Leonardo Da Vinci pada abad ke-15.
Pada abad ke-2 Masehi, Galen menggambarkan Plasenta dan membran fetal di
bukunya yang berjudul ‘On the Formation of the Fetus’. Mungkin, karena inilah
para dokter pada abad ke-7 M kemungkinan besar telah mengetahui bahwa embrio
manusia berkembang di dalam uterus, namun tetap saja tidak mungkin mereka
mengetahui bahwa embrio tersebut berkembang secara bertahap, walaupun
Aristoteles telah menggambarkan tahap-tahap perkembangan embrio ayam pada abad
ke-4 sebelum masehi. Pemahaman bahwa embrio manusia berkembang secara bertahap
tidak dibahas dan diilustrasikan sampai abad ke-15.
Baru setelah Mikroskop
ditemukan pada abad ke-17 oleh Leueewenhoek, deskripsi tentang embrio ayam
dibuat, namun pengetahuan akan perkembangan embriologi manusia tidaklah
diketahui secara mendetail melainkan setelah abad ke-20 setelah Streeter (1941)
mengembangkan sistem pertama kali tentang tahap perkembangan embrio yang
kemudian digantikan oleh sistem yang lebih akurat yang dikemukakan oleh
O’Rahilly (1972).
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam telah menjelaskan perkembangan embrio ini secara mendetail 14
abad yang lalu, dimana pada zaman itu mikroskop, USG dan semisalnya belum
ditemukan. Alloh Ta’ala berfirman :
يَخْلُقُكُمْ
فِيْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْضِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ
“Dia menjadikan kamu
dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.” (QS az-Zumar :
6)
Syaikh Ibnu Sa’di
rahimahullahu menjelaskan penafsiran ayat ini : “yaitu Alloh menciptakan kalian
thur ba’da thur (tahap demi tahap bentuknya), dan kalian dalam keadaan dimana
tidak ada tangan satu makhlukpun memegang kalian dan mata melihat kalian, dan
Dia-lah Alloh yang memelihara kalian di dalam tempat yang sempit tersebut
(perut ibu, uterus), “dalam tiga kegelapan” yaitu kegelapan perut [zhulmatul
Bathni], kegelapan rahim [zhulmatur rahmi] kemudian kegelapan tembuni/ari-ari [zhulmatu
masyimah].
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II ini di
laksanakan pada hari Selasa, 18 Mei 2010 pada jam 15.15 WIB, di Laboratorium
Pendidikan Biologi A lantai 1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
Adapun
alat – alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu:
3.2.1.1
Perkembangan embrio mamalia (Vetus)
1.
Papan sesi 1
buah
2.
Gunting 1
buah
3.
Pinset 1
buah
4.
seperangkat alat tulis secukupnya
3.2.1.2
Perkembangan embrio unggas
1.
oven 4
buah
2.
thermometer 4
buah
3.2.2
Bahan
Adapun
bahan – bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu:
3.2.2.1
Perkembangan embrio mammalia (vetus)
1.
vetus kambing 1
ekor
2.
kelinci hamil 1
ekor
3.
marmot hamil 1
ekor
4.
tikus hamil 1
ekor
3.2.2.2
Perkembangan embrio unggas
1.
telur ayam kampung 4 buah
2.
telur bebek 4
buah
3.
telur angsa 2
buah
4.
telur ayam horn 4
buah
3.2 Cara
Kerja
Cara
kerja dari praktikum ini yaitu:
3.2.1
perkembangan embrio mammalia (vetus)
1.
Dipastikan hewan yang akan diamati dalam
keadaan hamil
2.
Disembelih hewan yang akan diamati secara
bergantian
3.
Diamati morfologi dari hewan tersebut, setelah
diamati morfologi
4.
Dibedah hewan yang akan diamati
5.
Diamati morfologi dari rahim hewan
6.
Dibedah rahim, dan diamati jumlah vetus,
morfologi vetus, tipe plasenta, warna cairan amnion, dan fase perkembangan
embrionya
7.
Digambar hasilnya
3.2.1
Perkembangan embrio unggas
1.
Dipastikan telur aves dalam keadaan baik atau
tidak busuk
2.
Diberi nama dari keempat telur secara
bergantian
3.
Diletakkan telur kedalam oven
4.
Diatur suhu pada thermometer
5.
Dibolak-balik telur setiap satu hari sekali
selama 21 hari, setelah 21 hari
6.
Diamati morfologi telur (panjang, diameter,
berat, keliling)
7.
Dicatat hasilnya
8.
Diamati anatomi (putih telur, kuning telur)
9.
Dicatat hasilnya
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Perkembangan
embrio mammalia (vetus)
4.1.1.1
Tikus
Hasil pengamatan
|
Literature
|
|
|
|
Adandu, 2009
|
Keterangan:
No.
|
Panjang badan (cm)
|
p. kaki depan (cm)
|
p. kaki blkng (cm)
|
p. ekor
(cm)
|
p. telinga (cm)
|
Organ bagian luar
|
Tipe plasenta
|
Cairan amnion
|
Fase perkembangan
|
Jmlh vetus
|
Tipe ovarium
|
1.
|
3,5
|
0,8
|
1,1
|
1,2
|
0,2
|
Telinga
Hidung
Kaki
Lidah
Jari
Mata
Mulut
|
discoid
|
Berwarna putih keruh, dan licin
|
vetus
|
11
|
politoceus
|
4.1.1.2
Marmut
Hasil pengamatan
|
Literature
|
|
|
|
Adandu, 2009
|
Keterangan:
No.
|
Panjang badan (cm)
|
p. kaki depan (cm)
|
p. kaki blkng (cm)
|
p. telinga (cm)
|
Organ bagian luar
|
Tipe plasenta
|
Cairan amnion
|
Fase perkembangan
|
Jmlh vetus
|
Tipe ovarium
|
1.
|
10
|
3
|
4
|
1,6
|
Telinga
Hidung
Kaki
gigi
Lidah
Jari
Mata
Mulut
Kumis
anus
|
discoid
|
Kuning
agak kental
|
Vetus
|
3
|
polytoceus
|
2.
|
9
|
3
|
4
|
1,5
|
Telinga
Hidung
Kaki
gigi
Lidah
Jari
Mata
Mulut
Kumis
Anus
|
discoid
|
Kuning
agak kental
|
vetus
|
3
|
polytoceus
|
3.
|
8
|
3
|
4
|
1,5
|
Telinga
Hidung
Kaki
gigi
Lidah
Jari
Mata
Mulut
Kumis
anus
|
discoid
|
Kuning
agak kental
|
Vetus
|
3
|
polytoceus
|
4.1.1.3
Kambing
Hasil pengamatan
|
Literature
|
|
|
|
Adandu, 2009
|
Keterangan:
No.
|
Panjang badan (cm)
|
p. kaki depan (cm)
|
p. kaki blkng (cm)
|
p. ekor
(cm)
|
p. telinga (cm)
|
Organ bagian luar
|
Tipe plasenta
|
Cairan amnion
|
Fase perkembangan
|
Jmlh vetus
|
Tipe ovarium
|
1.
|
17,5
|
7
|
8
|
2
|
2
|
Telinga
Hidung
Kaki
Lidah
kuku
mata
ekor
mulut
|
cotiledon
|
Berwarna
kuning seperti urine, agak kental
|
vetus
|
1
|
monotokes
|
4.1.2 Perkembangan
embrio unggas
Hasil pengamatan
|
Literature
|
|
|
|
Adandu, 2009
|
Keterangan:
No
|
Suhu
|
Telur
|
Panjang
(cm)
|
Diameter
(cm)
|
Berat
(g)
|
Keliling
(cm)
|
Putih
telur
|
Kuning
telur
|
Ket.
|
1.
|
37º
|
Ayam
kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
9,5
6,2
Menetas
5
|
3, 85
7,3
-
7, 25
|
35,76
47,49
-
34,80
|
15,76
14,6
-
14,5
|
-
-
|
-
-
|
-
Bercampur
|
2.
|
30º
|
Ayam
kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
4,5
5,5
-
5
|
6
7,4
-
7,5
|
36,27
41,28
-
55,61
|
12
14,8
-
15
|
+
+
-
|
+
+
++
|
t. bercampur
mencampur
t. bercampur
|
3.
|
27º
|
Ayam
kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
4,5
-
-
5,3
|
6, 25
-
-
7, 25
|
34,30
-
-
54,21
|
12,5
-
-
14,5
|
++
-
+
|
++
-
-
|
t. bercampur
ada rongga udara, tidak mencampur
|
4.
|
25º
|
Ayam
kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
5
5,3
-
5,5
|
6, 25
7,2
-
7,5
|
41,79
47,08
-
60,62
|
12,5
14,4
-
15
|
++
-
--
|
+++
-
+
|
Mencampur
Mencampur
t. bercampur
|
Keterangan:
+ + + :
sangat kental -
- : sangat encer
+ + :
kental - : agak encer
+ :
agak kental
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perkembangan
embrio mammalia (vetus)
4.2.1.1
Tikus
Berdasarkan hasil
pengamatan, bahwa pada induk tikus yang sedang hamil ditemukan adanya vetus
tikus berjumlah 11 dengan panjang badan 3,5 cm, panjang kaki depan 0,8 cm,
panjang kaki belakang 1,1 cm, panjang ekor 1,2 cm. selain itu juga pada
morfologi vetus tikus sudah terdapat telinga, hidung, kaki, lidah, jari, mata, dan mulut.
Tipe plasenta pada tikus ini yaitu discoid dan terdapat juga cairan amnion yang
berwarna putih keruh agak licin dan tipe ovariumnya yaitu polytoceus.
Plasenta dihubungkan dengan umbilikulus
janin melalui tali pusar (Umbilical Cord) yang mengandung dua arteri
umbilikalis dan satu vena umbilikalis. Mesoblast antara ruang amnion danm
embrio menjadi padat disebut body stalk, menghubungkan embrio dengan dinding
trofoblast yang kelak menjadi tali pusat (Santoso, 2006).
Embrio mengapung di dalam cairan (cairan
amniotic), yang berisi cairan di dalam kantung (kantung amniotic). Cairan
amniotic menyediakan ruang di mana embrio bisa bertumbuh dengan bebas. Cairan
tersebut juga membantu melindungi embrio dari luka. Kantung amniotic kuat dan
berpegas (Munasik, 2004).
Rongga yang diliputi selaput janin disebut
sebagai rongga amnion. Didalam ruang ini terdapat cairan amnion (Liquor Amnii).
Volume cairan amnion (air ketuban) pada kehamilan berkisar antara 1000 – 1500
ml. Cairan amnion berasal dari sekresi oleh dindinmg selaput amnion/plasenta,
kemudian setelah system urinorius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi,
juga dikeluarkan kedalam rongga amnion (Guyton, 2006).
4.2.1.2
Marmut
Berdasarkan hasil
pengamatan, bahwa pada induk marmot yang sedang hamil ditemukan adanya vetus
marmot yang berjumlah 3 dengan vetus marmot 1 mempunyai panjang badan 10 cm,
panjang kaki depan 3 cm, panjang kaki belakang 4 cm, dan panjang telinga yaitu
1,6 cm, pada vetus marmot 2 mempunyai panjang badan 9 cm, panjang kaki depan
3cm, panjang kaki belakang 4cm, dan panjang telinga 1,5 cm, sedangkan pada
mermut 3 mempunyai panjang tubuh 8 cm, panjang kaki depan 3cm, panjang kaki
belakang 4cm, dan panjang telinga 1,5 cm. Dari ketiga vetus marmot tersebut
mempunyai tipe plasenta discoid, cairan amnion berwarna kuning agak kental,
tipe ovarium yaitu politoceus, dan mempunyai organ bagian luar yaitu telinga,
hidung, kaki, gigi, lidah, jari , mata, mulut, kumis, anus.
Beberapa
sel dari plasenta berkembang menjadi lapisan bagian luar pada selaput (chorion)
yang mengelilingi embrio. Bagian dalam lapisan pada selaput (amnion) terbentuk
sekitar hari ke 10 sampai hari ke 12, membentuk kantung amniotic. Kantung
amniotic berisi cairan bening (cairan amniotic) dan menyebar untuk melindungi
embrio yang berkembang, yang mengambang di dalamnya (Tenzer, 2003).
Penurunan
berat dan panjang fetus disebabkan karena berat badan kurang mendapat perhatian
yang memadai dari para peneliti selama ini, tetapi diakui bahwa adanya
penurunan berat badan merupakan perwujudan dari adanya abnormalitas pertumbuhan
baik pada manusia maupun pada hewan percobaan. Penurunan berat dan panjang
fetus merupakan bentuk teringan dari efek agensia teratogenik dan merupakan parameter
yang sensitif (Wahyu, 1990).
Pada
keadaan normal embrio berkembang dalam cairan amnion yang isotonis dengan
cairan tubuh. Ketidakseimbangan tekanan osmose kedua cairan itu menyebabkan
perdarahan dan edema. Adanya zat asing dalam jaringan dapat menyebabkan
perubahan tekanan osmose (Guyton, 2006).
4.2.1.3
Kambing
Berdasarkan hasil
pengamatan bahwa pada induk kambing yang sedang hamil ditemukan adanya vetus
kambing yang berjumlah 1 yang terdapat pada daerah kanan tuba fallopi dengan
mempunyai panjang tubuh 17,5 cm, panjang kaki depan 7cm, panjang kaki belakang
8 cm, panjang telinga 2cm, dan panjang ekor 2 cm, organ bagian luar dari vetus
kambing ini yaitu telinga, hidung, kaki, lidah, kuku, mata, ekor, dan mulut.
Tipe plasenta pada kambing ini yaitu cotyledon,
terdapat cairan amnion berwarna kuning seperti urine tetapi agak kental
dan vase perkembangan embrionya yaitu sudah menjadi vetus.
Berat badan adalah parameter penting untuk
mengetahui pengaruh senyawa asing terhadap fetus,ditunjukkan dengan penurunan
berat fetus. Laju pertumbuhan dan perkembangan fetus menentukan variasi ukuran
anakan. Rerata berat anakan mencit normal pada umur kehamilan hari ke-18 adalah
1,4 gram (Scanlon, 2003).
Pada
keadaan normal embrio berkembang dalam cairan amnion yang isotonis dengan
cairan tubuh. Ketidakseimbangan tekanan osmose kedua cairan itu menyebabkan
perdarahan dan edema. Adanya zat asing dalam jaringan dapat menyebabkan
perubahan tekanan osmose (Guyton, 2006).
Plasenta dihubungkan dengan umbilikulus
janin melalui tali pusar (Umbilical Cord) yang mengandung dua arteri
umbilikalis dan satu vena umbilikalis. Mesoblast antara ruang amnion danm
embrio menjadi padat disebut body stalk, menghubungkan embrio dengan dinding
trofoblast yang kelak menjadi tali pusat (Santoso, 2006).
Walaupun embrio dilindungi dengan baik di dalam
uterus, ada beberapa zat yang disebut teratogen dapat menyebabkan malformasi kongenital
selama perkembangan embrio. Malformasi kongenital adalah abnormalitas atau kelainan
anatomi pada waktu dilahirkan, makroskopik atau mikroskopik dan terdapat baik di
permukaan ataupun di sebelah dalam badan (Sherwood, 2001).
4.2.2 Perkembangan
embrio unggas
4.2.2.1
Ayam kampong
Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa pada telur ayam kampong ini setelah dioven selama 21
hari dengan suhu 37º yaitu mempunyai panjang 9,5 cm, diameter 3,85 cm, berat
35,76 g, dan keliling 15,76, terdapat putih telur yang agak encer, kuning telur
yang agak encer pula. Pada telur ayam kampong dengan suhu 30º mempunyai panjang
4,5 cm, diameter 6 cm, berat 36,27 g dan keliling 12 cm, terdapat putih telur
yang agak kental, kunig telur yang agak kental pula dan antara putih telur dan
kuning telur tidak bercampur. Pada telur ayam kampong dengan susu 27º mempunyai
panjang 4,5 cm, diameter 6,25 cm, berat 34,30 g dan keliling 12,5 cm, terdapat
putih telur yang kental, kunig telur yang kental pula dan antara putih telur
dan kuning telur tidak bercampur. Pada telur ayam kampong dengan susu 25º
mempunyai panjang 5 cm, diameter 6,25 cm, berat 41,79 g dan keliling 12,5 cm,
terdapat putih telur yang kental, kunig telur yang sangat kental dan antara
putih telur dan kuning telur bercampur.
Dalam
kebanyakan burung dan reptilia, telur adalah zigot yang dihasilkan melalui fertilisasi
sel telur dan berfungsi memelihara dan menjaga embrio. Telur-telur reptilia dan
burung diselimuti kerak pelindung, yang memiliki lubang yang sangat kecil agar
hewan yang belum lahir tersebut dapat bernapas (Wahyu, 1990).
Pada
prinsipnya semua jenis telur mempunyai struktur yang sama, Telur terdiri dari
enam bagian yaitu: kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput kerabang,
putih telur (albumin), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan sel
benih (germ plasm). Masing-masing bagian memiliki fungsi khas (Munasik, 2004).
Kerabang
telur berfungsi sebagai pelindung embrio dari gangguan luar yang tidak
menguntungkan. Kerabang juga berfungsi melindungi putih telur dan kuning telur
agar tidak keluar dan terkontaminasi dari zat-zat yang tidak diinginkan.
Kerabang telur memiliki pori-pori sebagai media lalu lintas gas oksigen (O2)
dan karbon dioksida (CO2) selama proses penetasan. Oksigen diperlukan embrio
untuk proses pernapasan dan perkembangannya (Bachtiar, 2003).
Putih
telur merupakan tempat penyimpanan air dan zat makanan di dalam telur yang
digunakan untuk pertumbuhan embrio. Kuning telur merupakan bagian telur yang
bulat bentuknya, berwarna kuning sampai jingga dan terdapat di tengah-tengah
telur. Kuning telur mengandung zat lemak yang penting bagi pertumbuhan embrio.
Di dalam kuning telur terdapat sel benih yang menjadi unsur utama embrio
unggas. Pada bagian ujung yang tumpul dari telur terdapat rongga udara yang
berguna untuk bernapas bagi embrio selama periode penetasan, yang berlangsung
rata-rata 20-22 hari (Santoso, 2006).
4.2.2.2
Bebek
Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa pada telur bebek ini setelah dioven selama 21 hari
dengan suhu 37º yaitu mempunyai panjang 6,2 cm, diameter 7,3 cm, berat 47,49 g,
dan keliling 14,6, terdapat putih telur yang agak encer, kuning telur yang agak
encer pula dan antara putih telur dan kuning telur bercampur. Pada telur bebek
dengan suhu 30º mempunyai panjang 5,5 cm, diameter 7,4 cm, berat 41,28 g dan
keliling 14,8 cm, terdapat putih telur yang kental, kunig telur yang kental
pula dan antara putih telur dan kuning telur bercampur. Pada telur bebek dengan
susu 27º ini yaitu pecah, jadi tidak bisa praktikan amati. Pada ayam kampong
dengan susu 25º mempunyai panjang 5,3 cm, diameter 7,2 cm, berat 47,08 g dan
keliling 14,4 cm, terdapat putih telur yang agak kental, kuning telur yang agak
kental pula dan antara putih telur dan kuning telur bercampur.
Tak
dipungkiri telur merupakan sebuah keajaiban besar di alam yang mengandung zat
gizi sempurna untuk kehidupan embrio ternak unggas. Meskipun begitu, untuk
dapat menghasilkan bakal anak, telur harus mendapatkan lingkungan yang nyaman
(comfort zone) supaya embrio yang ada di dalamnya dapat berkembang dengan baik
dan menetas pada waktunya. Biasanya sang induk akan mengerami telur secara
alami atau bisa juga menggunakan mesin tetas (Tenzer, 2003).
Unggas
yang merupakan salah satu kelompok hewan adalah sumber utama penghasil telur.
Fungsi utama telur bagi unggas adalah sebagai bagian dari proses reproduksi
pada unggas yang nantinya akan berkembang menjadi individu baru. Komposisi dan
struktur telur sangatlah lengkap serta terdesain secara sempurna bagi mendukung
perkembangan dan juga ketahanan embrio yang telah dibuahi hingga akhirnya
menetas menjadi individu baru (Toelihere, 1981).
Telur
terbagi menjadi beberapa komponen/bagian utama yaitu cangkang atau kulit telur,
putih telur (albumin) dan juga kuning telur. Ketiga komponen utama ini terpisah
oleh adanya membran pemisah diantara ketiganya sehingga ketiga komponen ini
tidak saling bercampur dan sangat konsisten. Bercampurnya bagian telur terutama
bagian putih dan kuning adalah salah satu penanda telah terjadinya kerusakan
terhadap telur tersebut (Tenzer, 2003).
4.2.2.3
Angsa
Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa telur angsa yang praktikan amati hanya berjumlah 2
karena pencarian telur angsa yang sangat sulit. pada telur angsa ini setelah
dioven selama 21 hari dengan suhu 37º yaitu menetas, dan pada telur angsa yang
dioven pada suhu 30º yaitu pecah.
Unggas yang
merupakan salah satu kelompok hewan adalah sumber utama penghasil telur. Fungsi
utama telur bagi unggas adalah sebagai bagian dari proses reproduksi pada
unggas yang nantinya akan berkembang menjadi individu baru. Komposisi dan
struktur telur sangatlah lengkap serta terdesain secara sempurna bagi mendukung
perkembangan dan juga ketahanan embrio yang telah dibuahi hingga akhirnya
menetas menjadi individu baru (Toelihere, 1981).
Telur
terbagi menjadi beberapa komponen/bagian utama yaitu cangkang atau kulit telur,
putih telur (albumin) dan juga kuning telur. Ketiga komponen utama ini terpisah
oleh adanya membran pemisah diantara ketiganya sehingga ketiga komponen ini
tidak saling bercampur dan sangat konsisten. Bercampurnya bagian telur terutama
bagian putih dan kuning adalah salah satu penanda telah terjadinya kerusakan
terhadap telur tersebut (Tenzer, 2003).
Kerabang telur berfungsi sebagai pelindung
embrio dari gangguan luar yang tidak menguntungkan. Kerabang juga berfungsi
melindungi putih telur dan kuning telur agar tidak keluar dan terkontaminasi
dari zat-zat yang tidak diinginkan. Kerabang telur memiliki pori-pori sebagai
media lalu lintas gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) selama proses
penetasan. Oksigen diperlukan embrio untuk proses pernapasan dan
perkembangannya (Bachtiar, 2003).
4.2.2.4
Ayam horn
Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa pada telur ayam horn ini setelah dioven selama 21 hari
dengan suhu 37º yaitu mempunyai panjang 5 cm, diameter 7,25 cm, berat 34,80 g,
dan keliling 14,5 cm, terdapat putih telur yang agak encer, kuning telur yang
agak encer pula. Pada telur ayam horn dengan suhu 30º mempunyai panjang 5 cm,
diameter 7,5 cm, berat 55,61 g dan keliling 15 cm, terdapat putih telur yang
agak kental, kunig telur yang sangat kental dan antara putih telur dan kuning
telur tidak bercampur. Pada telur ayam horn dengan susu 27º mempunyai panjang
5,3 cm, diameter 7,25 cm, berat 54,21 g dan keliling 14,5 cm, terdapat putih
telur yang kental, kunig telur yang agak kental dan antara putih telur dan kuning
telur tidak bercampur, dan juga terdapat rongga udara. Pada telur ayam horn
dengan susu 25º mempunyai panjang 5,5 cm, diameter 7,5 cm, berat 60,62 g dan
keliling 15 cm, terdapat putih telur yang sangat encer, kuning telur yang agak
kental dan antara putih telur dan kuning telur tidak bercampur.
Kulit
telur merupakan bagian yang sangat penting terutama sebagai pelindung dari isi
telur. Kulit telur tersusun oleh bahan anorganik 95,1%, protein 3,3% dan air
1,6%. Namun komposisi ini dapat berbeda-beda pada setiap spesies unggas
(Bachtiar, 2003).
Struktur
dari kulit telur yaitu keras dan berpori-pori. Kerasnya struktur telur ini
karena kulit telur tersusun oleh persennyawaan bahan organic terutama kalsium
dalam bentuk kalsium karbonat. Dengan kerasnya kulit telur maka isi telur akan
terjaga. Struktur telur yang berpori-pori ini berfugsi sebagai saluran
sirkulasi atau keluar masukkanya gas oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2)
selama proses penetasan. Oksigen diperlukan embrio untuk proses pernafasan dan
perkembangannya. Selain itu pori-pori ini juga sangat berguna pada saat
pengolahan telur asin terutama pembuatan yang menggunakan metode perendaman
dengan larutan garam dan pembalutan dengan pasta garam. Garam dalam bentuk
larutan akan dapat masuk dan berdifusi ke dalam isi telur ( putih dan kuning
telur) melalui pori-pori kulit telur ini (Wahyu, 1990).
Pori-pori
ini selain dapat sangat bermanfaat bagi perkembangan embrio namun juga dapat
sangat merugikan bagi ketahanan telur itu sendiri. Melalui pori-pori telur ini
berbagai mikroorganisme dapat masuk dan merusak isi telur yang kandungan zat
gizinya sangat lengkap. Mikroorganisme yang dapat merusak telur seperti
Salmonella, Staphylococcus dan Arizona, dan mikroorganisme yang paling sering
dijumpai adalah Staphylococcus aureus. Yang perlu di waspadai adalah
mikroorganisme ini dapat menghasilkan senyawa toksik yang dapat membahayakan
bila telur yang tercemar ini dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan ini akan dapat
dipercepat dengan terjadinya kerusakan kulit telur seperti pecah dan retak
(Toelihere, 1981).
4.3 Perbandingan
4.3.1 Perkembangan
embrio mammalia
No.
|
Nama hewan
|
Tipe ovarium
|
Tipe plasenta
|
Jumlah vetus
|
Cairan amnion
|
1.
|
Kambing
|
monotokes
|
discoid
|
1
|
Kuning seperti urine tetapi agak kental
|
2.
|
Marmot
|
polytoceus
|
discoid
|
3
|
Kuning agak kental
|
3.
|
Tikus
|
polytoceus
|
cotiledon
|
11
|
Putih keruh licin
|
Berdasarkan table diatas bahwa pada ketiga
hewan yang diamati memiliki perbedaan jumlah vetus, dan cairan amnion,
sedangkan pada tipe ovarium kambing berbeda dengan tipe ovarium marmot dan
tikus, pada tipe plasenta tikus berbeda dengan tipe plasenta kambing dan
marmot.
4.3.2
Perkembangan embrio unggas
No.
|
Suhu
|
Jenis telur
|
Putih telur
|
Kuning telur
|
keterangan
|
1.
|
37º
|
Ayam kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
Agak encer
Agak encer
-
Agak encer
|
Agak encer
Agak encer
-
Agak encer
|
-
Bercampur
-
-
|
2.
|
30º
|
Ayam kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
Agak kental
Agak kental
-
Agak encer
|
Agak kental
Agak kental
-
Sangat kental
|
Tidak bercampur
Bercampur
-
Tidak bercampur
|
3.
|
27º
|
Ayam kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
Kental
Agak encer
-
Agak Kental
|
Sangat kental
Agak encer
-
Agak encer
|
Tidak bercampur
-
-
Tidak bercampur
|
4.
|
25º
|
Ayam kampong
Bebek
Angsa
Horn
|
Kental
Agak encer
-
Sangat encer
|
Sangat kental
Agak encer
-
kental
|
Bercampur
Bercampur
-
Tidak bercampur
|
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
pada telur ayam kampung, bebek, angsa, dan horn memiliki viskositas kuning
telur dan putih telur yang berbeda – beda pada suhu yang 37º, 30º, 27º, 25º.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Perkembangan
embrio mammalia
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pada kambing mempunyai tipe ovarium monotokes,
tipe plasenta discoid, jumlah aves 1 dan cairan amnion yang berwarna kuning
seperti urine tetapi agak kental
2.
Pada marmot tipe ovarium polytoceus, type
plasenta discoid, jumlah vetus 3, dan cairan amnion berwarba kuning agak kental
3.
Pada tikus mempunyai tipe ovarian polytoceus,
type plasenta cotyledon, jumlah vetus 11, dan cairan amnion yang berwarna putih
keruh dan licin.
5.1.2 Perkembangan
embrio unggas
1.
Pada telur ayam kampong putih telur dan kuning
telurnya dengan suhu 37º yaitu agak encer, pada suhu 30º putih telur dan kuning
telur agak kental, pada suhu 27º dan 25º putih telur kental dan kuning telur
sangat kental
2.
Pada telur bebek putih telur dan kuning
telurnya dengan suhu 37º, 27º, dan 25º yaitu agak encer, sedangkan pada suhu
30º putih telur dan kuning telur agak kental
3.
Pada telur angsa dengan suhu 37º yaitu dapat
menetas
4.
Pada telur ayam horn putih telur dan kuning
telurnya dengan suhu 37º yaitu agak encer, pada suhu 30º putih telur agak encer
dan kuning telur sangat kental, pada suhu 27º putih telur agak kental dan
kuning telur agak encer sedangkan pada 25º putih telur sangat encer dan kuning
telur kental.
5.
Pada semua telur unggas mempunyai bagian-bagian
yaitu cangkang, selaput, rongga udara, putih telur, kuning telur, dan bakal
embrio.
5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya
kita harus tahu dulu bagaimana cara nya dan harus memeriksa segala peralatan
yang akan digunakan. Terjalinnya kerja sama antar praktikan dengan asisten
sangat diperlukan untuk dapat mencapai target yang dinginkan. Selain itu
asisten sebaiknya mendampingi praktikan dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar,
Imam. 2003. Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah Pustaka.
Biota. Vol VIII. No. 3. Hal 131 – 134. Mataram.
Guyton & Hall. 2006. Textbook of
Medical Physiology. Philadelphia. Elsevier Saunders.
Munasik. 2004. Reproduksi
Karang Acropora Aspera Di Pulau Panjang, Jawa Tengah: I. Gametogenesis.
Journal of Marine Sciences. No 9. Vol.4 Hal : 211-216. Semarang.
Santoso, Budi. 2006. Pengaruh
Kafein Terhadap Penampilan Reproduksi Dan Perkembangan Skeleton Fetus Mencit
(Mus Musculus L.). Jurnal Biodiversitas. No. 2. Vol. 4. Hal. 215-220.
Kalimantan selatan
Scanlon
& Sanders. 2003. Essential of Anatomy and Physiology. Philadelphia :
F. A. Davis Company.
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi
Hewan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum
Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM.
Wahyu,
Hary. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta. Jurusan
Zoologi UGM.
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi
Reproduksi pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa.